HUD-HUD
AYAT :
وَتَفَقَّدَ الطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَا أَرَى الْهُدْهُدَ أَمْ كَانَ مِنَ الْغَائِبِينَ
QS. An Naml, 20 : Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir?"
KISAH :
1. KISAH NABI SULAIMAN & HUD-HUD
Allah berfirman, “Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: ‘Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.’ Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).
Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: ‘Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.’ maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: ‘Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.’
Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, ‘Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah ia termasuk yang tidak hadir? Pasti akan ku hukum ia dengan hukuman yang berat atau kusembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas.’
Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata, ‘Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba’ membawa suatu berita yang meyakinkan. Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar. Aku (burung Hud-hud) dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah; dan setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka, sehingga menghalangi mereka dari jalan (Allah), maka mereka tidak mendapat petunjuk, mereka (juga) tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan yang kamu nyatakan. Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia, Rabb yang mempunyai ‘Arsy yang agung.’
Dia (Sulaiman) berkata, 'Akan kami lihat, apa kamu benar, atau termasuk yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.’ Dia (Balqis) berkata, 'Wahai para pembesar! Sesungguhnya, telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia.’ Sesungguhnya, (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, 'Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.’
Dia (Balqis) berkata, 'Wahai para pembesar! Berilah aku pertimbangan dalam perkaraku (ini). Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelis(ku).’ Mereka menjawab, ‘Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa (untuk berperang), tetapi keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan.’ Dia (Balqis) berkata, ‘Sesungguhnya, raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian yang akan mereka perbuat. Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku) akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para utusan itu.’
Maka ketika para (utusan itu) sampai kepada Sulaiman, dia (Sulaiman) berkata, ‘Apakah kamu akan memberi harta kepadaku? Apa yang Allah berikan kepadaku lebih baik daripada apa yang Allah berikan kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. Kembalilah kepada mereka! Sungguh, Kami pasti akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak mampu melawannya, dan akan kami usir mereka dari negeri itu (Saba’) secara terhina dan mereka akan menjadi (tawanan) yang hina dina’.” (QS. An-Naml, 20-37).
Allah menuturkan kisah Sulaiman dengan burung Hud-hud. Sekelompok pasukan burung, secara bergiliran maju ke depan untuk menjalankan perintah yang diinstruksikan, sama seperti prajurit-prajurit para raja pada umumnya. Tugas Hud-hud menurut riwayat dari Ibnu Abbas dan lainnya adalah untuk mencari tempat keberadaan air. Ketika Sulaiman dan para pasukannya tidak menemukan air di tengah padang pasir dalam perjalanan, Hud-hud biasanya datang lalu mencarikan tempat keberadaan air. Hudhud diberi Allah kemampuan untuk mendeteksi keberadaan air di dalam tanah. Ketika Hud-hud menunjukkan keberadaan air di suatu tanah, pasukan Sulaiman menggali titik tersebut, lalu mengeluarkan air, selanjutnya mereka gunakan untuk keperluan yang dibutuhkan.
Namun, suatu ketika, Sulaiman mencari-cari Hud-hud, ia tidak ada di tempat tugasnya "Lalu berkata, ‘Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah ia termasuk yang tidak hadir?” yaitu kenapa ia tidak ada di sini, ataukah ia menghilang dari pandanganku sehingga aku tidak melihatnya. "Pasti akan ku hukum ia dengan hukuman yang berat,” Sulaiman mengancamkan suatu siksaan padanya. Para mufassir berbeda pendapat, apa siksaan yang dimaksud. Intinya tercapai dengan perkiraan berikut; "Atau kusembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas,” yaitu dengan membawa alasan yang bisa menyelamatkannya dari kelalaian ini.
Allah berfirman, "Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud),” yaitu Hud-hud menghilang dalam waktu yang tidak terlalu lama, setelah itu ia datang dan berkata kepada Sulaiman, "Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui,” yaitu aku melihat sesuatu yang belum engkau lihat, "Aku datang kepadamu dari negeri Saba’ membawa suatu berita yang meyakinkan,” yaitu berita yang benar, "Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar,” Hud-hud menyampaikan berita tentang sebuah kerajaan besar Saba' yang ada di Yaman. Kerajaan Saba' pada masa itu beralih ke tangan seorang putri raja yang ia angkat sebagai penggantinya, karena ia tidak memiliki keturunan lain selain putri semata wayangnya itu. Mereka kemudian mengangkatnya sebagai ratu.
Selanjutnya Allah menyebutkan kekafiran dan penyembahan mereka terhadap matahari selain Allah, setan menyesatkan dan menghalangi mereka untuk beribadah kepada Allah semata yang tiada memiliki sekutu, yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan bumi, mengetahui apapun yang mereka rahasiakan dan yang mereka tampakkan, yaitu Ia mengetahui segala rahasia dan yang nampak, baik benda-benda riil ataupun maknawi. “Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia, Rabb yang mempunyai ‘Arsy yang agung,” yaitu Ia memiliki ‘Arsy yang agung, tidak ada makhluk yang lebih besar darinya.
Setelah mendengar laporan dari burung Hud-hud, Sulaiman mengirim surat berisi seruan untuk taat kepada Allah, taat kepada rasul-Nya, kembali kepada-Nya, tunduk untuk bergabung dalam kekuasaan rasulNya. Karena itu Sulaiman berkata kepada mereka, "janganlah engkau berlaku sombong terhadapku,” yaitu jangan bersikap sombong untuk taat padaku dan mengerjakan perintah-perintahku, “Dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri,” yaitu datanglah kepadaku dalam keadaan bersedia mendengar dan taat, tanpa permusuhan ataupun rayuan.
Saat surat Sulaiman datang dibawa burung Hud-hud. Hud-hud membawa surat tersebut lalu datang ke istana Balqis dan menjatuhkan surat tersebut kepadanya saat ia berada seorang diri. Hud-hud berdiri di salah satu sudut ruangan untuk menantikan jawaban dari surat tersebut.
Balqis kemudian mengumpulkan para Amir, menteri, dan pembesar kerajaan untuk bermusyawarah. “Dia (Balqis) berkata. Wahai para pembesar! Sesungguhnya, telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia. ” Ia bacakan bagian awal suratnya terlebih dahulu, “Sesungguhnya, (surat) itu dari Sulaiman,” lalu ia baca isinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri,” ia kemudian memusyawarahkan masalah ini. Ia bersikap santun dan berbicara kepada mereka, sementara mereka mendengar.
“Dia (Balqis) berkata, ‘Wahai para pembesar! Berilah aku pertimbangan dalam perkaraku (ini). Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelis(ku)” yaitu aku tidak memutuskan perkara apa pun kecuali saat kalian hadir. “Mereka menjawab, ‘Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa (untuk berperang),” maksudnya, kami memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berperang dan melawan pasukan musuh. Jika kau menginginkan kami berperang, kami mampu menjalankannya. Meski demikian, “Keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan,” mereka bersedia mendengar dan taat, mereka menyampaikan bahwa mereka memiliki kemampuan, dan mereka serahkan masalah tersebut kepadanya agar ia mempertimbangkan mana putusan yang tepat baginya, dan juga bagi mereka.
Pandangan Balqis lebih tepat dari pandangan mereka, ia tahu bahwa si pengirim surat tersebut adalah raja yang tak terkalahkan, tidak bisa dihalangi, tidak bisa ditentang ataupun ditipu. “Dia (Balqis) berkata, ‘Sesungguhnya, raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian yang akan mereka perbuat ” Dengan pandangannya yang lurus, Balqis mengatakan, “Sungguh, andai raja ini mengalahkan kerajaanku, yang dia inginkan hanyalah aku, perlakuan dan serangan keras hanya akan ditujukan padaku saja."
“Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku) akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para utusan itu,” Balqis bermaksud untuk memberikan hadiah yang ia kirimkan, ia tidak tahu bahwa Sulaiman tidak mau menerima apa pun dari mereka, karena mereka kafir, dan pasukan yang dimiliki Sulaiman mampu mengalahkan mereka.
Karena itu “Maka ketika para (utusan itu) sampai kepada Sulaiman, dia (Sulaiman) berkata, ‘Apakah kamu akan memberi harta kepadaku? Apa yang Allah berikan kepadaku lebih baik daripada apa yang Allah berikan kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.” Para mufassir menyebutkan, hadiah-hadiah tersebut berisi sejumlah hal besar.
Setelah itu, Sulaiman berkata kepada utusan Balqis yang datang, sementara orang-orang ada di sekitarnya dan mendengar kata-katanya, “Kembalilah kepada mereka! Sungguh, Kami pasti akan mendatangi mereka dengan bala tentarayang mereka tidak mampu melawannya, dan akan kami usir mereka dari negeri itu (Saba’) secara terhina dan mereka akan menjadi (tawanan) yang hina dina.” Sulaiman berkata, “Bawa kembali hadiah yang diutus oleh orang yang memberikannya ini, karena harta benda, hadiah, dan pasukan yang diberikan Allah kepadaku, jauh berlipat kali dari hadiah ini, jauh lebih baik dari apa yang membuat kalian membanggakan diri di atas sesama manusia. “Sungguh, Kami pasti akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak mampu melawannya,” yaitu aku akan mengirim pasukan yang tidak akan bisa mereka lawan, cegah, dan mereka perangi, aku akan mengusir mereka dari negeri dan kekuasaan mereka, aku akan memperlakukan mereka dan negeri mereka secara hina, “Dan mereka akan menjadi (tawanan) yang hina dina,” yaitu hina dina, aib, dan hancur.
Saat mereka mendengar kata-kata Nabi Allah itu, mereka tidak bisa berbuat apa pun selain mendengar dan taat. Mereka segera memenuhi seruan Sulaiman, hingga seluruh orang kerajaan mau mendengar, taat, dan tunduk. Saat Sulaiman mendengar kedatangan mereka kepadanya, ia berkata kepada golongan jin yang ditunjukkan untuknya, seperti yang dikisahkan Allah dalam Al-Quran, “Dia (Sulaiman) berkata, Wahai para pembesar! Siapakah di antara kamu yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku menyerahkan diri?’ ‘Ifrit dari golongan jin berkata, ‘Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu; dan sungguh, aku kuat melakukannya dan dapat dipercaya.' Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, ‘Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.’
Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, ‘Ini termasuk karunia Rabbku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya, Maha Mulia.’ Dia (Sulaiman) berkata, Ubahlah untuknya singgasananya; kita akan melihat apakah dia (Balqis) mengenal; atau tidak mengenalnya lagi.’ Maka ketika dia (Balqis) datang, ditanyakanlah (kepadanya), ‘Serupa inikah singgasanamu ?’ Dia (Balqis) menjawab, ‘Seakan-akan itulah dia.’ (Dan dia Balqis berkata), ‘Kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).’ Dan kebiasaannya menyembah selain Allah mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), sesungguhnya dia (Balqis) dahulu termasuk orang-orang kafir.
Dikatakan kepadanya (Balqis), ‘Masuklah ke dalam istana. Maka ketika dia (Balqis) melihat (lantai istana) itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya (penutup) kedua betisnya. Dia (Sulaiman) berkata, ‘Sesungguhnya, ini hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca.’ Dia (Balqis) berkata, ’Ya Rabbku, sungguh, aku telah berbuat zalim terhadap diriku. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb seluruh alam’.” (QS. An-Naml: 38-44).
Sulaiman memerintahkan untuk mengubah hiasan singgasana tersebut, untuk menguji pemahaman dan akal Balqis. Karena itu Sulaiman berkata, “Kita akan melihat apakah dia (Balqis) mengenal; atau tidak mengenalnya lagi.’ Maka ketika dia (Balqis) datang, ditanyakanlah (kepadanya), 'Serupa inikah singgasanamu?’ Dia (Balqis) menjawab, ‘Seakan-akan itulah dia,” ini adalah bagian dari kecerdasan dan pemahaman Balqis, ia tidak menganggap mustahil singgasana tersebut adalah miliknya, karena singgasananya ia tinggal di Yaman, dan ia pun tidak mengetahui siapa pun yang bisa melakukan tindakan aneh dan luar biasa ini.
Allah berfirman seraya mengabarkan tentang Sulaiman dan kaumnya, “Kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).' Dan kebiasaannya menyembah selain Allah mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), sesungguhnya dia (Balqis) dahulu termasuk orang-orang kafir,” yaitu Sulaiman melarang Balqis menyembah matahari yang ia lakukan bersama kaumnya, bukannya beribadah kepada Allah, karena mengikuti agama nenek moyang dan para pendahulu sebelumnya tanpa landasan dalil yang menuntun mereka untuk melakukan peribadatan itu.
Sebelumnya, Sulaiman memerintahkan untuk membangun istana kaca dan jalanannya diberi air yang ditutupi kaca, lalu di air tersebut diberi ikan dan hewan-hewan air lainnya, kemudian Balqis diperintahkan untuk masuk istana sementara Sulaiman duduk di atas singgasana kerajaannya. “Maka ketika dia (Balqis) melihat (lantai istana) itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya (penutup) kedua betisnya. Dia (Sulaiman) berkata, ‘Sesungguhnya, ini hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca.’ Dia (Balqis) berkata, ’Ya Rabbku, sungguh, aku telah berbuat zalim terhadap diriku. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb seluruh alam.”
Ats-Tsa’labi dan lainnya menyebutkan, setelah menikahi Balqis, Sulaiman tetap mengakuinya sebagai Ratu Yaman dan memulangkannya ke negeri tersebut. Sulaiman mengunjunginya sekali dalam sebulan, lalu singgah di sana selama tiga hari, setelah itu kembali lagi. Sulaiman memerintahkan para jin untuk membangunkan tiga istana di Yaman; Ghimdan, Salihin, dan Baitun untuknya. Wallahu a’lam.
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari sebagian ahlul ilmi dari Wahab bin Munabbih, bahwa Sulaiman tidak menikahi Balqis. Ia dinikahi raja Hamdan dan Sulaiman tetap mengakuinya sebagai Ratu Yaman. Sulaiman menundukkan Zauba’ah, Raja Yaman, lalu ia bangunkan tiga istana untuknya di Yaman seperti disebutkan di atas. Pendapat pertama lebih masyhur dan kuat. Wallahu a’lam.
(source: KISAH PARA NABI, IBNU KATSIR, UMMUL QURA, 2015)
*****
FAKTA ILMIAH :
Hudhud (Upupa) adalah genus burung berparuh tipis dan bermahkota; termasuk di dalamnya beberapa spesies seperti Upupa epops dan spesies burung berjambul lainnya.
Hudhud eurasia atau hupo tunggal (Upupa epops) adalah spesies burung dalam famili Upupidae.
Burung ini adalah pengembara yang langka di Sumatra dan Kalimantan bagian utara. Aktif di lahan terbuka dan lembab, mencari makan dengan menusuk-nusukan paruh yang panjang ke permukaan tanah. Jambul menegak bila merasa ada bahaya dan bila akan hinggap.
Hupo tunggal terdiri dari sembilan subspesies, dengan daerah persebaran:
> U. e. epops (Linnaeus, 1758) – Afrika barat laut, Kepulauan Canary dan Eropa ke timur sampai Russia (Ob-Yenisey watershed), China (Sinkiang) dan India barat laut.
> U. e. major (C. L. Brehm, 1855), tersebar di Mesir, Sudan utara dan Chad (Ennedi).
> U. e. senegalensis (Swainson, 1837), tersebar di Aljazair (Ahaggar), dan sabuk kering yng membentang dari Senegal ke timur sampai Ethiopia dan Somalia.
> U. e. waibeli (Reichenow, 1913), tersebar di Kamerun dan Zaire utara ke timur sampai Uganda dan Kenya utara.
> U. e. africana (Bechstein, 1811), tersebar di Zaire tengah ke timur sampai Kenya tengah, dan ke selatan sampai The Cape.
> U. e. marginata (Cabanis dan Heine, 1860), tersebar di Madagaskar.
> U. e. saturata (Lönnberg, 1909), tersebar di Russia (sampai Sungai Yenisey) ke timur sampai Jepang, dan ke selatan sampai China tengah dan Tibet.
> U. e. ceylonensis (Reichenbach, 1853), tersebar di dataran Pakistan dan India utara ke selatan sampai Sri Lanka.
> U. e. longirostris (Jerdon, 1862), tersebar di Assam dan Bangladesh ke timur sampai China selatan, dan ke selatan sampai Semenanjung Malaysia, Sumatra dan Indochina.
*****
DIALOG IMAN :
(Lihat Majalah BILAL edisi 6)
BURUNG
Burung atau unggas adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata), yang memiliki bulu dan sayap. Allah subhanahu wa ta’ala telah menciptakan banyak sekali jenis burung yang tersebar di seluruh penjuru dunia.
Menurut catatan penelitian, terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia. Sedangkan sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia.
Jenis-jenis burung sangat bervariasi bentuknya. Ada burung dengan ukuran tubuh kecil seperti burung kolibri. Ada juga burung unta yang tingginya melebihi tinggi manusia. Maha Besar Allah yang telah menciptakan burung-burung tersebut dengan bentuk yang sangat beragam.
Nah, bagaimana dengan jenis burung yang kamu temukan di sekitar tempat tinggalmu? Adakah diantaranya burung merpati, burung kutilang, burung perkutut, atau ada jenis burung lainnya? Teman, coba kamu perhatikan ketika mengunjungi daerah atau negara lain. Kamu mungkin akan menemukan jenis-jenis burung yang berbeda lagi.
Hewan yang hidup di daerah dingin, memiliki ciri yang berbeda dengan hewan yang hidup di daerah panas. Contohnya burung jenis pinguin. Pinguin merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang. Pinguin dapat hidup di daerah kutub yang sangat dingin. Allah subhanahu wa ta’ala melengkapi pinguin dengan lemak yang tebal di bawah lapisan kulitnya. Inilah yang membuat pinguin dapat menghangatkan tubuhnya.
Masya Allah, Allah telah membekali setiap makhluk ciptaan-Nya dengan kelebihan dan kekurangn masing-masing. Bekal tersebut yang dapat membuatnya bertahan hidup dengan nyaman. Sungguh Allah Maha Pengasih dan Penyayang terhadap makhluk ciptaan-Nya. Allah Maha Tahu tentang semua yang mereka butuhkan.
Di dalam Al-Quran Allah Subhanahu wa Ta’ala banyak sekali menyebutkan tentang burung. Seperti firman Allah berikut ini, “Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir.” (QS. An-Naml: 20)
Ayat tersebut menceritakan tentang kisah nabi Sulaiman saat mencari seekor burung Hud-hud. Masih ingatkah kamu pada rubrik yang lalu, kita pernah membahas surat An-Naml ayat 18?
Dalam ayat tersebut diceritakan bahwa nabi Sulaiman dapat memahami bahasa semut. Namun pada ayat 20 di atas, Allah sampaikan bahwa nabi Sulaiman juga dapat memahami bahasa burung. Burung yang disebutkan pada ayat tersebut adalah burung Hud-hud.
Nabi Sulaiman menggunakan burung Hud-hud untuk berbagai keperluan seperti membawakan surat, mencari air dan memantau keadaan bangsa lain. Dan pada satu kesempatan, nabi Sulaiman, memeriksa burung-burung yang ada di sekitarnya.
Beliau lalu berkata kepada prajurit yang ada, “mengapa aku tidak melihat burung Hud-hud? kemanakah dia? apakah ia termasuk yang tidak hadir?.” Burung Hud-hud tidak hadir di antara prajuritnya. Nabi Sulaiman selaku pemimpin tertinggi atas bala tentaranya, mulai marah dan mengancamnya. Beliau berkata, "jika dia datang pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat sesuai dengan kesalahannya, atau pasti akan kusembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas yang bisa aku terima. "
Selain burung Hud-hud, Allah juga menyebut burung unta di dalam surat As -Saffat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik.” (QS. As-Saffat: 49)
Teman, semua makhluk yang ada di bumi ini bertasbih kepada Rabb nya.
Termasuk semua jenis hewan dan tumbuhan. Namun mereka berzikir dengan cara yang berbeda dengan kita. Maka, kita sebagai khalifah di muka bumi ini, haruslah lebih banyak mengingat Allah dari pada mereka.
*****