Blog

KATAK

AYAT :

فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ آيَاتٍ مُفَصَّلَاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ
QS. Al A’raf, 133 : Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.


KISAH :

1. KISAH KATAK DAN FIR’AUN

Katak merupakan salah satu jenis hewan amfibi. Dalam Al Quran kutu dikaitkan dengan musibah yang menimpa masyarakat Mesir sebagai bentuk mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Musa.

Muhammad bin Ishaq menuturkan, "Si musuh Allah, Fir’aun, pulang dengan menerima kekalahan kala para tukang sihir beriman. Namun, ia tetap saja kafir dan hanyut dalam kejahatan. Allah menimpakan sejumlah tanda-tanda kebesaran padanya, menimpakan kemarau berkepanjangan kepadanya, mengirim topan, disusul belalang, kemudian kutu, setelah itu katak, berikutnya darah, sebagai tanda-tanda yang jelas. Allah mengirim topan—yaitu air bah—hingga meluap di permukaan bumi, setelah itu menggenang dan tidak mengalir, hingga mereka tidak bisa mengolah tanah atau berbuat apa pun, mereka akhirnya lemah kelaparan.

Setelah semua itu menimpa, “Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) mereka pun berkata, Wahai Musa! Mohonkanlah untuk kami kepada Rabbmu sesuai dengan janjiNya kepadamu. Jika engkau dapat menghilangkan azab itu dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan pasti akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu’ .” (Al A’raf: 134).

Musa kemudian berdoa kepada Rabb-nya, lalu Allah menghilangkan semua itu dari mereka. Namun, karena mereka ingkar janji, Allah kemudian mengirim belalang kepada mereka. Belalang-belalang memakan pepohonan seperti disebutkan dalam riwayat yang sampai kepada saya (Ibnu Katsir), bahkan memakan pancang-pancang pintu rumah yang terbuat dari besi, juga menghinggapi rumah dan tempat-tempat tinggal mereka. Setelah itu mereka kembali mengucapkan kata-kata dan janji yang sama. Musa lalu berdoa kepada Allah, Allah kemudian menghilangkan belalang. Namun, mereka tidak memenuhi janji itu. Allah kemudian mengirim kutu kepada mereka. Disampaikan kepada saya, Musa diperintahkan untuk menghampiri sebuah gundukan tanah lalu memukulkan tongkat ke gundukan tersebut. Musa kemudian menghampiri sebuah gundukan tanah besar dan memukulnya dengan tongkat, lalu gundukan tanah tersebut tumpah menjadi kutu-kutu, hingga memenuhi rumah-rumah dan makanan, membuat mereka tidak bisa tidur dan tinggal dengan nyaman.

Setelah mengalami kesulitan dan kesusahan, mereka kembali mengucapkan kata-kata dan janji yang sama. Musa berdoa kepada Rabbnya, lalu Allah menghilangkan kutu-kutu itu, namun mereka sama sekali tidak menepati janji. Akhirnya Allah mengirim katak yang memenuhi isi rumah, makanan dan wadah. Ketika seseorang membuka baju ataupun makanan, pasti ada katak di sana.

Setelah mengalami kesulitan dan kesusahan, mereka kembali mengucapkan kata-kata dan janji yang sama. Musa berdoa kepada Rabbnya, lalu Allah menghilangkan katak-katak itu, namun mereka sama sekali tidak menepati janji. Akhirnya Allah mengirim darah. Air milik keluarga Fir’aun berubah menjadi darah, mereka tidak mengambil air dari sumur ataupun sungai. Setiap kali menciduk air, air pasti berubah menjadi darah segar. Zaid bin Aslam mengatakan, "Yang dimaksud darah adalah darah mimisan.” (HR. Ibnu Abi Hatim).

Allah SWT berfirman, "Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) mereka pun berkata, Wahai Musa! Mohonkanlah untuk kami kepada Rabbmu sesuai dengan janji-Nya kepadamu. Jika engkau dapat menghilangkan azab itu dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan pasti akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu Tetapi setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang harus mereka penuhi ternyata mereka ingkar janji. Maka Kami hukum sebagian di antara mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka di laut karena mereka telah mendustakan ayat-ayat Kami dan melalaikan ayat-ayat Kami’.” (Al A'raf: 134-136).

Allah mengabarkan tentang kekafiran, kesombongan, dan sikap mereka yang terus berada dalam kesesatan dan kebodohan, merasa tinggi hati untuk mengikuti ayat-ayat Allah dan membenarkan rasul-Nya, meski ia dikuatkan dengan mukjizat-mukjizat agung dan nyata, hujah-hujah sempurna dan mengalahkan, yang Allah perlihatkan di hadapan mata mereka, dan Allah jadikan sebagai bukti.

Setiap kali mereka melihat suatu tanda kebesaran dengan mata kepala, hingga membuat mereka tertimpa kesusahan, mereka bersumpah dan berjanji kepada Musa, jika hukuman tersebut dihilangkan dari mereka, mereka akan beriman padanya, dan melepaskan Bani Israil bersamanya.

Setiap kali tanda kebesaran tersebut dihilangkan dari mereka, mereka kembali pada keburukan seperti sedia kala, berpaling dari kebenaran yang disampaikan Musa dan tidak mau memedulikannya. Allah kemudian mengirim tanda kebesaran lain yang lebih keras dan lebih kuat dari sebelumnya, mereka kemudian berkata dan berjanji, tapi mereka dustakan dan ingkari. “Jika engkau dapat menghilangkan azab itu dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan pasti akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu,” Allah kemudian menghilangkan siksa yang amat merugikan itu dari mereka, tapi lagi-lagi, mereka kembali pada kebodohan.

Allah Yang Maha Agung, Sabar, dan Kuasa memberi mereka waktu, dan tidak buru-buru menimpakan siksa pada mereka, cukup memberikan ancaman pada mereka. Selanjutnya setelah hujah tegak dan alasan telah disampaikan kepada mereka, Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan dari yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa, menjadikan mereka sebagai pelajaran, peringatan, dan pendahulu bagi orang-orang kafir serupa, juga sebagai contoh bagi hamba-hamba mukmin yang mau memetik pelajaran dari mereka.

Seperti yang Allah sampaikan dalam surah Az-Zukhruf, “Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka dia (Musa) berkata, ‘Sesungguhnya, aku adalah utusan dari Rabb seluruh alam.’ Maka ketika dia (Musa) datang kepada mereka membawa mukjizat-mukjizat Kami, seketika itu mereka menertawakannya. Dan tidaklah Kami perlihatkan suatu mukjizat kepada mereka kecuali (mukjizat itu) lebih besar dari mukjizat-mukjizat (yang sebelumnya). Dan Kami timpakan kepada mereka azab agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Dan mereka berkata, Wahai tukang sihir! Berdoalah kepada Rabbmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu; sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) akan menjadi orang yang mendapat petunjuk.’Maka ketika Kami hilangkan azab itu dari mereka, seketika itu (juga) mereka ingkar janji. Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; apakah kamu tidak melihat? Bukankah aku lebih baik dari orang (Musa) yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)? Maka mengapa dia (Musa) tidak dipakaikan gelang dari emas atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya?’ Maka (Fir’aun) dengan perkataan itu telah memengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya. Sungguh, mereka adalah kaum yang fasik. Maka ketika mereka membuat Kami murka. Kami hukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut), maka Kami jadikan mereka sebagai (kaum) terdahulu dan pelajaran bagi orang-orang yang kemudian’.” (Az-Zukhruf: 46-56).

*(source: KISAH PARA NABI, IBNU KATSIR, UMMUL QURA, 2015)

*****


FAKTA ILMIAH :

Katak (bahasa Inggris: frog) adalah binatang amfibi pemakan serangga yang hidup di air tawar atau di daratan, berkulit licin, berwarna hijau atau merah kecokelat-cokelatan, kaki belakang lebih panjang, pandai melompat dan berenang.  sedangkan kodok, nama lain dari bangkong (bahasa Inggris: toad), memiliki kulit yang kasar dan berbintil-bintil atau berbingkul-bingkul, kerap kali kering, dan kaki belakangnya sering pendek saja, sehingga kebanyakan bangsa kodok kurang pandai melompat jauh.

Kodok dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodok pegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembap, yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok kecil.Sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5.000-20.000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun.

Pada saat bereproduksi katak dewasa akan mencari lingkungan yang berair. Disana mereka meletakkan telurnya untuk dibuahi secara eksternal. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal dengan metamorfosis. Tidak seperti telur reptil dan burung, telur katak tidak memiliki cangkang dan selaput embrio. Sebaliknya telur katak hanya dilindungi oleh kapsul mukoid yang sangat permeabel sehingga telur katak harus berkembang di lingkungan yang sangat lembap atau berair.

Telur-telur kodok dan katak menetas menjadi berudu atau kecebong (b. Inggris: tadpole), yang bertubuh mirip ikan gendut, bernapas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok atau katak kecil.

Kodok dan katak kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan berbunyi-bunyi untuk memanggil betinanya, dari tepian atau tengah perairan. Beberapa jenisnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya limnocharis) dan kintel lekat alias belentung (Kaloula baleata), kerap membentuk ‘grup nyanyi’, di mana beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan. Suara keras kodok dihasilkan oleh kantung suara yang terletak di sekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala digunakan.

Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina.

Kodok dan katak hidup menyebar luas, terutama di daerah tropis yang berhawa panas. Makin dingin tempatnya, seperti di atas gunung atau di daerah bermusim empat (temperate), jumlah jenis kodok cenderung semakin sedikit. Salah satunya ialah karena kodok termasuk hewan berdarah dingin, yang membutuhkan panas dari lingkungannya untuk mempertahankan hidupnya dan menjaga metabolisme tubuhnya.

Dendrobates pumilio, kodok berukuran 18–22 mm dengan kulit beracun dari Amerika Tengah.

Hewan ini dapat ditemui mulai dari hutan rimba, padang pasir, tepi-tepi sungai dan rawa, perkebunan dan sawah, hingga ke lingkungan permukiman manusia. Bangkong kolong, misalnya, merupakan salah satu jenis katak yang kerap ditemui di pojok-pojok rumah atau di balik pot di halaman. Katak pohon menghuni pohon-pohon rendah dan semak belukar, terutama di sekitar saluran air atau kolam.

Kodok memangsa berbagai jenis serangga yang ditemuinya. Kodok kerap ditemui berkerumun di bawah cahaya lampu jalan atau taman, menangkapi serangga-serangga yang tertarik oleh cahaya lampu tersebut.

Sebaliknya, kodok juga dimangsa oleh berbagai jenis makhluk yang lain: ular, kadal, burung-burung, seperti bangau,elang, garangan, linsang, dan juga dikonsumsi manusia.

Kodok membela diri dengan melompat jauh, mengeluarkan lendir dan racun dari kelenjar di kulitnya; dan bahkan ada yang menghasilkan semacam lendir pekat yang lengket, sehingga mulut pemangsanya akan melekat erat dan susah dibuka.

Sudah sejak lama kodok dikenal manusia sebagai salah satu makanan lezat. Di rumah-rumah makan Tionghoa, masakan kodok terkenal dengan nama swie kee. Disebut 'ayam air' (swie: air, kee: ayam) demikian karena paha kodok yang gurih dan berdaging putih mengingatkan pada paha ayam. Selain itu, di beberapa tempat di Jawa Timur, telur-telur kodok tertentu juga dimasak dan dihidangkan dalam rupa pepes telur kodok.

Katak berperan sangat penting sebagai indikator pencemaran lingkungan. Tingkat pencemaran lingkungan pada suatu daerah dapat dilihat dari jumlah populasi katak yang dapat ditemukan di daerah tersebut. Latar belakang penggunaan katak sebagai indikator lingkungan karena katak merupakan salah satu mahluk purba yang telah ada sejah ribuan tahun lalu. Jadi katak tetap hidup dengan perubahan iklim bumi. Tentunya hanya pengaruh manusialah yang mungkin menyebabkan terancamnya populasi katak. Salah satunya adalah pembuangan limbah berbahaya oleh manusia ke alam. Limbah berbahaya inilah yang bisa mengancam keberadaan katak pada daerah yang tercemar. Selain itu, karena pentingnya kedudukan katak dalam rantai makanan, maka pengurangan jumlah katak akan menyebabkan terganggunya dinamika pertumbuhan predator katak. Bahkan terganggunya populasi katak dapat berakibat langsung dengan punahnya predator katak.

Akan tetapi yang lebih mengancam kehidupan kodok sebenarnya adalah kegiatan manusia yang banyak merusak habitat alami kodok, seperti hutan-hutan, sungai dan rawa-rawa. Apalagi kini penggunaan pestisida yang meluas di sawah-sawah juga merusak telur-telur dan berudu katak, serta mengakibatkan cacat pada generasi kodok yang berikutnya.

Beberapa jenis kodok yang umum didapatkan di Indonesia, di antaranya adalah
>  bangkong bertanduk (Megophrys montana), di gunung-gunung
>  bangkong serasah (Leptobrachium hasseltii), di hutan
>  bangkong sungai (Bufo asper), di sekitar sungai
>  bangkong kolong (B. melanostictus), di lingkungan rumah
>  belentung (Kaloula baleata)
>  kongkang kolam (Rana chalconota), di sekitar kolam, saluran air dan sungai
>  kongkang gading (Rana erythraea), di kolam dan telaga
>  bancet hijau (Occidozyga lima), di sawah-sawah
>  kodok tegalan (Fejervarya limnocharis), di sawah dan tegalan
>  kodok sawah (Fejervarya cancrivora), di sawah dan pematang
>  kodok batu (Limnonectes macrodon), di sekitar sungai dan saluran air di kebun
>  katak-pohon bergaris (Polypedates leucomystax), di dekat kolam dan genangan di kebun
>  precil jawa (Microhyla achatina)

Kodok hutan:
>  kongkang racun (Rana hosii), di hutan pedalaman
>  kodok-puru hutan (Ingerophrynus biporcatus)
>  katak kepala-pipih kalimantan (Barbourula kalimantanensis), berstatus terancam kepunahan, satu-satunya kodok yang tidak berparu-paru
>  bangkong tuli (Limnonectes kuhlii), di tepi sungai atau aliran air

Berikut adalah beberapa jenis kodok yang berstatus kritis dan terancam di Indonesia.
>  kodok merah (Leptophryne cruentata), berstatus kritis, endemik Jawa Barat
>  kodok pohon ungaran (Philautus jacobsoni), kritis, endemik hutan Jawa Tengah
>  kongkang jeram (Hula masonii), berstatus rentan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
>  kodok pohon mutiara (Nytixalus margaritifer), rentan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
>  kodok pohon kaki putih (Philautus pallidipes), rentan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
>  kodok pohon jawa (Rhacophorus javanus), rentan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
Bufo valhallae, endemik di Pulau Weh.

*****


DIALOG IMAN :

HUKUM MAKAN KATAK

Pendapat yang kuat, katak terlarang untuk dimakan. Hal ini berdasarkan hadis dari Abdurrahman bin Utsman radhiallallahu ‘anhu,
ذكر طبيب عند رسول اللّه صلى اللّه عليه وآله وسلم دواء وذكر الضفدع يجعل فيه فنهى رسول اللّه صلى اللّه عليه وآله وسلم عن قتل الضفدع
Ada seorang tabib yang menjelaskan tentang suatu penyakit di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tabib itu menjelaskan bahwa katak bisa dijadikan obat untuk penyakit itu. Ternyata Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang membunuh katak. (HR. Ahmad, Abu Daud, Nasa’i, dan sanadnya dinyatakan shahih oleh Syu’aib Al-Arnauth)

Dalam riwayat yang lain, dari Sahl bin Sa’d As-Sa’idi,
أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن خمسة: “النملة، والنحلة، والضفدع والصرد والهدهد
Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang membunuh 5 hal: Semut, lebah, katak, burung suradi, dan burung hudhud. (HR. Baihaqi)

Sebagian ulama menetapkan kaidah: “Setiap binatang yang dilarang untuk dibunuh maka haram untuk dikonsumsi.” Karena tidak ada cara yang sesuai syariat untuk memakan binatang kecuali dengan menyembelihnya. Sementara kita tidak mungkin menyembelih yang dilarang untuk dibunuh.

Ketika menjelaskan hadis dari Abdurrahman bin Utsman, As-Syaukani menyatakan,
فِيهِ دَلِيلٌ عَلَى تَحْرِيمِ أَكْلِهَا بَعْدَ تَسْلِيمٍ، أَنَّ النَّهْيَ عَنْ الْقَتْلِ يَسْتَلْزِمُ تَحْرِيمَ الْأَكْلِ
Hadis ini dalil haramnya memakan katak, setelah kita menerima kaidah, bahwa larang membunuh berkonsekuensi haram untuk dimakan. (Nailul Authar, 8:143)

Setelah kita menyimpulkan katak hukumnya haram, konsekuensi selanjutnya adalah haram untuk diperjual-belikan, sebagaimana dinyatakan dalam hadis:
إنَّ الله إِذَا حَرَّمَ عَلَى قَوْمٍ أَكْلَ شَيءٍ حَرَّمَ عَلَيهِمْ ثَمَنَهُ
“Sesungguhnya jika Allah mengharamkan suatu kaum untuk memakan sesuatu, maka Dia akan mengharamkan hasil penjualan barang itu.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Allahu a’lam.

*****








Send a Message

Sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magnais.