ULAR
Ayat-ayat di dalam Al Qur'an yang berkisah tentang ular :
فَأَلْقَىٰ عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُبِينٌ
QS. Al-A’raf, 107 : Maka Musa menjatuhkan tongkat-nya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya.
وَأَلْقِ عَصَاكَ ۚ فَلَمَّا رَآهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ وَلَّىٰ مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ ۚ يَا مُوسَىٰ لَا تَخَفْ إِنِّي لَا يَخَافُ لَدَيَّ الْمُرْسَلُونَ
QS. An-Naml, 10 : dan lemparkanlah tongkatmu". Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. "Hai Musa, janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku.
فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَىٰ
QS. Thoha, 20 : Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.
وَأَنْ أَلْقِ عَصَاكَ ۖ فَلَمَّا رَآهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ وَلَّىٰ مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ ۚ يَا مُوسَىٰ أَقْبِلْ وَلَا تَخَفْ ۖ إِنَّكَ مِنَ الْآمِنِينَ
QS. Qoshosh, 31 : dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseru): "Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman.
فَأَلْقَىٰ عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُبِينٌ
QS. Syu’ara, 32 : Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata.
KISAH :
1. ULAR (MUKJIZAT) NABI MUSA MEMAKAN ULAR TUKANG SIHIR FIR’AUNMusa dan Para Penyihir Kerajaan
Allah SWT berfirman, “Maka Fir'aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang kembali (pada hari yang ditentukan). Musa berkata kepada mereka (para tukang sihir), ‘Celakalah kamu! Janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, nanti Dia membinasakan kamu dengan azab.’ Dan sungguh rugi orang yang mengada-adakan kedustaan. Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka dan mereka merahasiakan percakapan (mereka). Mereka (para tukang sihir) berkata, 'Sesungguhnya, dua orang ini adalah tukang sihir yang hendak mengusirmu (Fir’aun) dari negerimu dengan sihir mereka berdua, dan hendak melenyapkan adat kebiasaanmu yang utama. Maka kumpulkanlah segala tipu daya (sihir) kamu, kemudian datanglah dengan berbaris, dan sungguh, beruntung orang yang menang pada hari ini’.” (Thaha: 60-64).
Allah mengabarkan tentang Fir’aun, ia pergi lalu mengumpulkan seluruh tukang sihir yang ada di negerinya. Saat itu, negeri Mesir penuh dengan tukang-tukang sihir terhormat, ahli di bidangnya. Mereka semua berkumpul dari berbagai penjuru negeri dan dari mana saja, hingga para tukang sihir dalam jumlah besar tumpah-ruah menyatu. Menurut salah satu sumber, mereka berjumlah 80.000, seperti dinyatakan Muhammad bin Ka’ab. Yang lain menyebut 70.000, seperti dinyatakan Qasim bin Abu Burdah. As-Suddi mengatakan, “Tiga puluh sekian ribu tukang sihir.” Diriwayatkan dari Abu Umamah; 19.000 tukang sihir. Muhammad bin Ishaq menyebut 15.000 tukang sihir. Ka’ab Al-Ahbar menyatakan, “Mereka berjumlah 12.000 orang.”
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Mereka berjumlah 70 orang.” Juga diriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Mereka berjumlah 40 pemuda dari Bani Israil. Fir'aun memerintahkan mereka untuk belajar sihir dari para pemimpin kaum. Karena itu mereka mengatakan, “Dan sihir yang telah engkau paksakan kepada kami.” (Thaha: 73). Pendapat ini perlu dikaji lebih jauh.
Datanglah Fir’aun, para gubernur, dan seluruh rakyat, karena Fir’aun menyerukan untuk menghadiri pertemuan besar ini. Mereka semua keluar dengan mengatakan, “Agar kita mengikuti para tukang sihir itu, jika mereka yang menang.” (Asy-Syu'ara': 40).
Musa maju menghampiri para tukang sihir dan menasihati mereka, melarang mereka untuk melakukan sihir-sihir batil yang menentang ayat-ayat dan hujah Allah. Musa berkata, “Celakalah kamu! Janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, nanti Dia membinasakan kamu dengan azab.’ Dan sungguh rugi orang yang mengada-adakan kedustaan. Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka dan mereka merahasiakan percakapan (mereka).”
Menurut salah satu pendapat, makna ayat ini; mereka saling berbeda pendapat, ada yang mengatakan, "Itu tadi perkataan seorang nabi, bukan tukang sihir.” Yang lain berkata, “(Dia bukan nabi), tapi tukang sihir.” Wallahu a’lam. Mereka membicarakan hal ini dengan kasak-kusuk di antara mereka, juga hal lain.
“Mereka (para tukang sihir) berkata, 'Sesungguhnya, dua orang ini adalah tukang sihir yang hendak mengusirmu (Fir'aun) dari negerimu dengan sihir mereka berdua.” Mereka berkata, "Dia (Musa) dan saudaranya, Harun, adalah dua tukang sihir ahli, mumpuni, dan mahir di bidang sihir. Keduanya bermaksud untuk mengumpulkan semua orang, menyerang raja dan para pembesamya, selanjutnya akan melenyapkan dan memperbudak kalian dengan sihir.
“Maka kumpulkanlah segala tipu daya (sihir) kamu, kemudian datanglah dengan berbaris, dan sungguh, beruntung orang yang menang pada hari ini” mereka menyampaikan kata-kata yang pertama itu hanya bermaksud agar mereka berpikir dan saling menyampaikan pesan satu sama lain, juga agar mereka mengerahkan semua kemampuan, tipu daya, sihir dan kebohongan yang mereka kuasai.
Mustahil! Demi Allah, dugaan mereka dusta, pandangan mereka keliru. Bagaimana mungkin mukjizat-mukjizat luar biasa yang diberlakukan Allah melalui tangan seorang hamba dan rasul mulia yang diteguhkan dengan bukti-bukti nyata, yang menyilaukan pandangan dan membuat akal tercengang, bisa dihadapi dengan kebohongan?
Firman-Nya, “Maka kumpulkanlah segala tipu daya (sihir) kamu,” yaitu semua kemampuan yang kalian miliki, “Kemudian datanglah dengan berbaris,” yaitu sekaligus. Mereka kemudian saling mendorong satu sama lain untuk maju saat itu, karena Fir’aun telah mengiming-imingi mereka dengan janji. “Padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.” (An-Nisa': 120).
Nabi Musa Beradu dengan Para Penyihir Istana
“Mereka berkata, 'Wahai Musa! Apakah engkau yang melemparkan (dahulu) atau kami yang lebih dahulu melemparkan?’ Dia (Musa) berkata, 'Silakan kamu melemparkan!’Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang olehnya (Musa) seakan-akan ia merayap cepat, karena sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya Kami berfirman, ‘Jangan takut! Sungguh, engkaulah yang unggul (menang). Dan lemparkan apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka buat. Apa yang mereka buat itu hanyalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana pun ia datang’.” (Thaha: 65-69).
Saat para tukang sihir berbaris, sementara Musa dan Harun berdiri tepat di hadapan mereka, mereka berkata pada Musa, “Kau yang lemparkan dahulu sebelum kami, atau kami terlebih dahulu yang melempar.” "Dia (Musa) berkata, ‘Silakan kamu melemparkan!” Kalian yang melempar terlebih dulu. Mereka menghampiri sejumlah tali dan tongkat, lalu mereka beri air raksa dan bahan lain yang bisa membuat tali dan tongkat-tongkat tersebut bergerak, sehingga seakan terlihat bergerak-gerak sendiri, padahal bergerak karena air raksa atau bahan lain yang diberikan. Saat itulah mereka menyihir mata orang-orang dan membuat mereka ketakutan. Mereka melemparkan tali dan tongkat-tongkat mereka dengan mengatakan, "Demi kekuasaan Fir'aun, pasti kamilah yang akan menang” (Asy-Syu’ara' : 44).
Allah berfirman, "Maka setelah mereka melemparkan, mereka menyihir mata orang banyak dan menjadikan orang banyak itu takut, karena mereka memperlihatkan sihir yang hebat (menakjubkan).” (Al-A’raf: 116).
Allah SWT berfirman, "Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang olehnya (Musa) seakan-akan ia merayap cepat, karena sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya," yaitu Musa takut jika orang-orang terkena fitnah sihir dan tipu daya mereka itu sebelum Musa melemparkan tongkat yang ada di tangannya, karena sebelum diperintahkan Allah, Musa tidak melakukan apa pun.
Allah kemudian mewahyukan kepada Musa di saat-saat genting, “Jangan takut! Sungguh, engkaulahyang unggul (menang). Dan lemparkan apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka buat. Apa yang mereka buat itu hanyalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana pun ia datang," saat itu Musa melemparkan tongkatnya dan mengatakan, “Setelah mereka melempar, Musa berkata, “Apa yang kamu lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan kepalsuan sihir itu. Sungguh, Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orangyang berbuat kerusakan.’ Dan Allah akan mengukuhkanyang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukainya.” (Yunus: 81-82).
Allah SWT berfirman, “Dan Kami wahyukan kepada Musa, ‘Lemparkanlah tongkatmul’ Maka tiba-tiba ia menelan (habis) segala kepalsuan mereka. Maka terbuktilah kebenaran, dan segalayang mereka kerjakanjadi sia-sia. mereka dikalahkan di tempat itu danjadilah mereka orang-orangyanghina. Dan para tukangsihir itu serta merta menjatuhkan diri dengan bersujud. Mereka berkata. Kami beriman kepada Rabb seluruh alam, (yaitu) Rabbnya Musa dan Harun’.” (Al-A’raf: 117-122).
Para Penyihir Fir'aun Bersujud
Saat Musa melemparkan tongkat, tongkat berubah menjadi ular besar yang memiliki kaki—seperti disebutkan sejumlah ulama salaf—, berleher besar, dan bentuk yang menakutkan, hingga semua orang lari menjauh. Ular itu kemudian menelan tali-tali para tukang sihir dengan satu persatu dengan gerakan super cepat, semua orang melihatnya dengan penuh keheranan. Sementara para tukang sihir, mereka tercengang dan bingung kala melihatnya, mereka melihat suatu hal yang sama sekali tidak pernah terlintas di benak, juga berada di luar bidang yang mereka kuasai.
Saat itulah mereka tahu pasti, bahwa yang mereka lihat itu bukanlah sihir, sulap, khayalan, ilusi, kebohongan, dusta, ataupun kebatilan, tapi sebuah kebenaran yang hanya bisa dilakukan oleh Yang Maha Benar, yang mengutus mukjizat tersebut dengan benar. Allah menyingkap tabir kelalaian dari hati mereka, menyinarinya dengan petunjuk yang Ia ciptakan, dan menyingkirkan gumpalan keras di hati. Mereka segera bertobat kepada Rabb dan tunduk sujud pada-Nya.
Dengan lantang, mereka mengatakan kepada semua yang hadir tanpa memedulikan hukuman ataupun siksaan apa pun, "Kami beriman kepada Rabb seluruh alam, (yaitu) Tuhannya Musa dan Harun." Seperti yang Allah sampaikan, “Lalu para tukang sihir itu merunduk bersujud, seraya berkata, ‘Kami telah percaya kepada Tuhannya Harun dan Musa.’ Dia (Fir‘aun) berkata, ‘Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya, dia itu pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Maka sungguh, akan kupotong tangan dan kakimu secara bersilang, dan sungguh, akan aku salib kamu pada pangkal pohon kurma dan sungguh, kamu pasti akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksaannya.’
Mereka (para tukang sihir) berkata, ‘Kami tidak akan memilih (tunduk) kepadamu atas bukti-bukti nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan atas (Allah) yang telah menciptakan kami Maka putuskanlah yang hendak engkau putuskan. Sesungguhnya, engkau hanya dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini. Kami benar-benar telah beriman kepada Rabb kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah engkau paksakan kepada kami. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya).’
Sesungguhnya, barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sungguh, baginya adalah neraka Jahanam. Dia tidak mati (terus merasakan azab) di dalamnya dan tidak (pula) hidup (tidak dapat bertobat). Tetapi barang siapa datang kepada-Nya dalam keadaan beriman, dan telah mengerjakan kebajikan, maka mereka itulah orang yang memperoleh derajat yang tinggi (mulia), (yaitu) surga-surga ‘Adn, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai mereka kekal di dalamnya. Itulah balasan bagi orang yang menyucikan diri’.” (Thaha: 70-76).
Sa’id bin Jubair, Ikrimah, Qasim bin Abu Bardah, Auza’i, dan lainnya mengatakan, "Ketika para tukang sihir sujud, mereka melihat rumah dan istana-istana di surga yang telah dipersiapkan untuk mereka, semuanya dirias untuk menyambut kedatangan mereka. Karena itu, mereka tidak peduli ancaman Fir’aun.
Saat melihat para tukang sihir masuk Islam dan menyebut-nyebut Musa serta Harun di hadapan banyak orang dengan sifat yang seindah itu, Fir’aun terhenyak dan tercengang, membuat mata dan hatinya buta, hati yang penuh tipu daya, rencana jahat, dan cara jitu untuk menghalangi manusia dari jalan Allah. Ia kemudian berkata kepada para tukang sihir di hadapan semua orang, “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu?” yaitu “Kenapa kalian tidak terlebih dulu bermusyawarah kepadaku sebelum melakukan tindakan keji di hadapan rakyatku ini?” Fir’aun kemudian mengancam, menggertak, dan berkata dusta, “Sesungguhnya, dia itu pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu," Allah SWT berfirman dalam ayat lain, “Sesungguhnya, ini benar-benar tipu muslihat yang telah kamu rencanakan di kota ini, untuk mengusir penduduknya. Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini)” (Al-A’raf: 123).
Siapa pun yang berakal pasti tahu, kata-kata dusta Fir’aun ini bermuatan kekafiran, kebohongan, dan melantur, bahkan anak-anak kecil pun tidak ada yang seperti itu, karena semua rakyat Mesir dan juga lainnya tahu betul, bahwa Musa sedikit pun tidak pernah bertemu dengan para tukang sihir itu, lalu bagaimana bisa dibilang jika Musa adalah pemimpin para tukang sihir yang mengajarkan sihir kepada mereka? Selain itu, bukan Musa yang mengumpulkan para tukang sihir, dia juga tidak tahu perkumpulan mereka ini. Fir’aun-lah yang memanggil mereka, memilih mereka dari segala penjuru, dari penduduk perkotaan hingga ujung-ujung Mesir, dari kota hingga ke pedesaan.
Dalam surah Al-A’raf, Allah berfirman, "Setelah mereka, kemudian Kami utus Musa dengan membawa bukti-bukti Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari bukti-bukti itu. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan Musa berkata. Wahai Fir’aun! Sungguh, aku adalah seorang utusan dari Rabb seluruh alam, aku wajib mengatakan yang sebenarnya tentang Allah. Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Rabbmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersamaku.’
Dia (Fir'aun) menjawab, ‘Jika benar engkau membawa sesuatu bukti, maka tunjukkanlah, kalau kamu termasuk orang-orang yang benar.’ Lalu (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu menjadi ular besar yang sebenarnya. Dan dia mengeluarkan tangannya, tiba-tiba tangan itu menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang melihatnya. Pemuka-pemuka kaum Fir‘aun berkata, 'Orang ini benar-benar tukang sihir yang pandai, yang hendak mengusir kamu dari negerimu.’ (Fir'aun berkata), ‘Maka apa saran kamu?’ (Pemuka-pemuka) itu menjawab, ‘Tahanlah (untuk sementara) dia dan saudaranya dan utuslah ke kota-kota beberapa orang untuk mengumpulkan (para tukang sihir), agar mereka membawa semua tukang sihir yang pandai kepadamu.’
Dan para tukang sihir datang kepada Fir'aun. Mereka berkata, ‘(Apakah) kami akan mendapat imbalan, jika kami menang?’Dia (Fir'aun) menjawab, ‘Ya, bahkan kamu pasti termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku). ’Mereka (para tukang sihir) berkata, ‘Wahai Musa!Engkaukah yang akan melemparkan lebih dahulu, atau kami yang melemparkan?’ Dia (Musa) menjawab, ‘Lemparkanlah (lebih dahulu)!’ Maka setelah mereka melemparkan, mereka menyihir mata orang banyak dan menjadikan orang banyak itu takut, karena mereka memperlihatkan sihir yang hebat (menakjubkan).
Dan Kami wahyukan kepada Musa, Lemparkanlah tongkatmu!’ Maka tiba-tiba ia menelan (habis) segala kepalsuan mereka. Maka terbuktilah kebenaran, dan segala yang mereka kerjakan jadi sia-sia. Maka mereka dikalahkan di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina.
Dan para tukang sihir itu serta merta menjatuhkan diri dengan bersujud. Mereka berkata, ‘Kami beriman kepada Rabb seluruh alam, (yaitu) Tuhannya Musa dan Harun.’ Fir'aun berkata, ‘Mengapa kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu?Sesungguhnya, ini benar-benar tipu muslihat yang telah kamu rencanakan di kota ini, untuk mengusir penduduknya. Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini). Pasti akan aku potong tangan dan kakimu dengan bersilang (tangan kanan dan kaki kiri atau sebaliknya), kemudian aku akan menyalib kamu semua.’
Mereka (para tukang sihir) menjawab, ‘Sesungguhnya, kami akan kembali kepada Rabb kami. Dan engkau tidak melakukan balas dendam kepada kami, melainkan karena kami beriman kepada ayat-ayat Rabb kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami’ (Mereka berdoa), ’Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan matikanlah kami dalam keadaan muslim (berserah diri kepada-Mu?” (Al-A’raf: 103-126).
Dalam surah Yunus, Allah SWT berfirman, “Kemudian setelah mereka. Kami utus Musa dan Harun kepada Fir'aun dan para pemuka kaumnya, dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan) Kami. Ternyata mereka menyombongkan diri dan mereka adalah orang-orang yang berdosa Maka ketika telah datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata, ‘Ini benar-benar sihir yang nyata’ Musa berkata, ‘Pantaskah kamu mengatakan terhadap kebenaran ketika ia datang kepadamu, ‘sihirkah ini ?’ Padahal para tukang sihir itu tidaklah mendapat kemenangan.’ Mereka berkata, ‘Apakah engkau datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa (kepercayaan)yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya (menyembah berhala), dan agar kamu berdua mempunyai kekuasaan di bumi (negeri Mesir)? Kami tidak akan memercayai kamu berdua.’
Dan Fir’aun berkata (kepada pemuka kaumnya), ‘Datangkanlah kepadaku semua tukang sihir yang ulung!’ Maka ketika para tukang sihir itu datang, Musa berkata kepada mereka, ‘Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan!’ Setelah mereka melemparkan, Musa berkata, ‘Apa yang kamu lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan kepalsuan sihir itu. Sungguh, Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang yang berbuat kerusakan.’ Dan Allah akan mengukuhkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukainya’.” (Yunus: 75-82).
Dalam surah Asy-Syu’ara, Allah SWT berfirman, “Dia (Fir’aun) berkata, ‘Sungguh, jika engkau menyembah Rabb selain aku, pasti aku masukkan engkau ke dalam penjara.’ Dia (Musa) berkata, ‘Apakah (engkau akan melakukan itu) sekalipun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (bukti) yang nyata?’ Dia (Fir‘aun) berkata. Tunjukkan sesuatu (bukti yang nyata) itu, jika engkau termasuk orang yang benar!’ Maka dia (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu menjadi ular besar yang sebenarnya. Dan dia mengeluarkan tangannya (dari dalam bajunya), tiba-tiba tangan itu menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang melihatnya.
Dia (Fir'aun) berkata kepada para pemuka di sekelilingnya, ‘Sesungguhnya, dia (Musa) ini pasti seorang tukang sihir yang pandai, dia hendak mengusir kamu dari negerimu dengan sihirnya; karena itu apakah yang kamu sarankan?’ Mereka menjawab, Tahanlah (untuk sementara) dia dan saudaranya, dan utuslah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan (tukang sihir), niscaya mereka akan mendatangkan semua tukang sihir yang pandai kepadamu.’ Lalu dikumpulkanlah para tukang sihir pada waktu (yang ditetapkan) pada hari yang telah ditentukan, dan diumumkan kepada orang banyak, ‘Berkumpullah kamu semua, agar kita mengikuti para tukang sihir itu, jika mereka yang menang.’
Maka ketika para tukang sihir datang, mereka berkata kepada Fir’aun, ‘Apakah kami benar-benar akan mendapat imbalan yang besar jika kami yang menang?’ Dia (Fir‘aun) menjawab, ‘Ya, dan bahkan kamu pasti akan mendapat kedudukan yang dekat (kepadaku).’ Dia (Musa) berkata kepada mereka, ‘Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan.’ Lalu mereka melemparkan tali temali dan tongkat-tongkat mereka seraya berkata, ‘Demi kekuasaan Fir‘aun, pasti kamilah yang akan menang.’ Kemudian Musa melemparkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu.
Maka menyungkurlah para tukang sihir itu, bersujud. Mereka berkata, ‘Kami beriman kepada Rabb seluruh alam, (yaitu) Tuhannya Musa dan Harun.’ Dia (Fir‘aun) berkata, ‘Mengapa kamu beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya, dia pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Nanti kamu pasti akan tahu (akibat perbuatanmu). Pasti akan kupotong tangan dan kakimu bersilang dan sungguh, akan kusalib kamu semuanya.’ Mereka berkata, Tidak ada yang kami takutkan, karena kami akan kembali kepada Rabb kami. Sesungguhnya, kami sangat menginginkan sekiranya Rabb kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami menjadi orang yang pertama-tama beriman’.” (Asy-Syu’ara ' : 29-51).
Fir'aun Mengancam Para Penyihirnya
Intinya, Fir’aun berdusta, membuat-buat kebohongan, dan mencapai puncak kekafiran kala mengatakan, “Sesungguhnya, dia itu pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu,” yaitu Fir’aun mengatakan kebohongan yang bisa diketahui oleh siapa pun, bahkan seluruh manusia kala mengatakan, “Sesungguhnya, ini benar-benar tipu muslihat yang telah kamu rencanakan di kota ini, untuk mengusir penduduknya. Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini).” (Al-A’raf: 123).
Dan kata-katanya, “Pasti akan aku potong tangan dan kakimu dengan bersilang (tangan kanan dan kaki kiri atau sebaliknya), kemudian aku akan menyalib kamu semua “ yaitu mereka akan dijadikan pelajaran bagi siapa pun di antara rakyatnya dan para pemeluk agamanya, agar tidak mengikuti langkah mereka. Karena itu Fir’aun mengatakan, “Dan sungguh, akan aku salib kamu pada pangkal pohon kurma,” yaitu pada pelepah pohon kurma, karena batang pohon kurma paling tinggi dan dikenal, “Dan sungguh, kamu pasti akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksaannya,” yaitu di dunia.
“Mereka (para tukang sihir) berkata, 'Kami tidak akan memilih (tunduk) kepadamu atas bukti-bukti nyata (mukjizat) yang telah datang kepada kami dan atas (Allah),” yaitu kami tidak akan patuh padamu dan meninggalkan bukti nyata dan dalil-dalil pasti yang telah tertanam kuat di dalam hati, “Yang telah menciptakan kami,” ada yang menyatakan, kalam ini ma’thuf, yang lain menyebut qasam. “Maka putuskanlah yang hendak engkau putuskan,” yaitu silakan kau lakukan sebisamu, “Sesungguhnya, engkau hanya dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini,” yaitu kau hanya berkuasa terhadap kami di dunia saja, selanjutnya saat kami beralih meninggalkan menuju akhirat, kami akan kembali pada keputusan Dzat yang kepada-Nya kami berserah diri dan yang rasul-rasul-Nya kami ikuti. “Kami benar-benar telah beriman kepada Rabb kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah engkau paksakan kepada kami. Dan Allah lebih baik (pahalaNya) dan lebih kekal (azab-Nya),” yaitu pahala Allah jauh lebih baik dari kedudukan dan apa yang kau iming-imingkan kepada kami, “Dan lebih kekal,” yaitu lebih kekal dari kehidupan dunia nan fana ini.
Disebutkan dalam ayat lain, " Mereka berkata, Tidak ada yang kami takutkan, karena kami akan kembali kepada Rabb kami. Sesungguhnya, kami sangat menginginkan sekiranya Rabb kami akan mengampuni kesalahan kami,” atas segala dosa dan menerjang larangan yang pernah kami lakukan, “Karena kami menjadi orang yang pertama-tama beriman.” (Asy-Syu’ara': 50-51). Yaitu dari kalangan Qibthi, kami adalah orang-orang pertama yang beriman kepada Musa dan Harun.
Para tukang sihir juga berkata kepada Fir’aun, “Dan engkau tidak melakukan balas dendam kepada kami, melainkan karena kami beriman kepada ayat-ayat Rabb kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami, " yaitu kami tidak memiliki kesalahan apa pun selain karena kami beriman kepada apa yang disampaikan rasul kami kepada kami, karena kami mengikuti ayat-ayat Rabb kami saat datang kepada kami. “(Mereka berdoa), ‘Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami,” yaitu teguhkanlah kami dalam menghadapi ujian si penguasa lalim dan semena-mena, penguasa kejam, bahkan setan yang durhaka ini. “Dan matikanlah kami dalam keadaan muslim (berserah diri kepada-Mu)” (Al-A’raf: 126).
Mereka juga berkata kepada Fir’aun sembari memberi nasihat dan mengancamkan siksa Rabb Yang Maha-agung padanya, “Sesungguhnya, barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sungguh, baginya adalah neraka Jahanam. Dia tidak mati (terus merasakan azab) di dalamnya dan tidak (pula) hidup (tidak dapat bertobat).” Mereka berkata kepada Fir’aun, "Jangan sampai kau termasuk dalam golongan mereka.” Namun, apa boleh buat, Fir’aun telah ditetapkan termasuk golongan mereka yang berada di neraka Jahanam.
“Tetapi barang siapa datang kepada-Nya dalam keadaan beriman, dan telah mengerjakan kebajikan, maka mereka itulah orang yang memperoleh derajat yang tinggi (mulia),” yaitu tempat-tempat yang tinggi, “(Yaitu) surga-surga ‘Adn, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah balasan bagi orang yang menyucikan diri’.” (Thaha: 70-76). Untuk itu, berusahalah sebisamu agar termasuk dalam golongan yang ini. Namun, Fir’aun terhalang oleh takdir untuk menjadi orang yang beriman, takdir yang tak terkalahkan ataupun tertolak. Yang Maha Tinggi lagi Agung telah memutuskan bahwa Fir’aun, la’natullah, termasuk penghuni neraka, agar merasakan siksa yang pedih, air panas dituangkan ke atas kepalanya, dan dikatakan kepadanya celaan dan hinaan, sedang ia sendiri berada dalam kondisi tercela dan hina, “Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia.” (Ad-Dukhan: 49).
Tekstual ayat-ayat di atas menunjukkan, Fir’aun, la’natullah, menyalib dan menyiksa para tukang sihir yang masuk Islam itu. Abdullah bin Abbas dan Ubaid bin Umair mengatakan, “Pada pagi hari, mereka adalah tukang sihir, namun pada sore harinya, mereka adalah para syuhada yang berbakti.”
Kata-kata ini diperkuat oleh perkataan para tukang sihir yang masuk Islam itu, “Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan matikanlah kami dalam keadaan muslim (berserah diri kepada-Mu)” (Al A’raf: 126).
*(source: KISAH PARA NABI, IBNU KATSIR, UMMUL QURA, 2015)
*****
2. KISAH ULAR DALAM HADITS
Ular banyak disebut juga dalam banyak hadis, baik sebagai hewan nyata maupun sebagai tamsil. Ada lima hewan (bertabiat) buruk yang boleh dibunuh di tanah halal maupun di tanah haram. Mereka itu adalah ular, burung gagak berbulu campuran antara hitam dan putih, tikus, anjing ganas, dan kalajengking. Riwayat Muslim dari A'isyah.
Ular disebut dalam hadis yang mengisahkan peristiwa ketika para sahabat yang sedang mendengarkan Surah al-Mursalat diucapkan oleh Rasulullah.
Saat itu Nabi dan para sahabatnya sedang berada di dalam gua. Pada waktu itu juga turun sebuah surah al Mursalat.
Para sahabat mendengarnya secara langsung dari bibir Rasulullah, tiba-tiba seekor ular keluar (dari liangnya). Rasulullah berkata, “Ayo, bunuhlah ular itu!”
Para shahabat kemudian bergegas mengejarnya, namun hewan itu sudah telanjur kabur. Rasulullah pun bersabda, “Ia telah diselamatkan dari gangguan kalian, seperti halnya kalian telah diselamatkan dari gangguannya.”(Riwayat al-Bukhari dari Ibnu Mas'ud).
Dalam kisah ini Nabi mengingatkan bahwa di dalam hati manusia masih banyak niat jahat. Nabi juga melarang membunuh ular yang hidup di dalam rumah.
Diriwayatkan dari Abus-Sa'ib, mantan budak Hisyam bin Zuhrah, bahwa suatu hari ia bertandang ke kediaman Abu Sa'id al-Khudri. Saat tiba di rumah Abu Said sedang shalat. Karena itu dia duduk menunggunya menyelesaikan salat.
Tiba-tiba Abus-Sa'ib mendengar sebuah gerakan dari arah kayu penyangga atap di dalam rumah tersebut. Dia menoleh dan melihat seekor ular di sana.
Dia pun bergegas mendekatinya dengan maksud membunuhnya. Abu Sa'id (yang masih salat ketika itu) memberi isyarat kepadanya agar duduk, membiarkan begitu saja ular tersebut. Dia pun duduk.
Usai shalat, Abu Said menunjuk ke arah sebuah rumah di tengah perkampungan, sambil berkata, “Tidakkah kaulihat rumah di sana itu?” “Ya, aku lihat,” jawabku. Ia melanjutkan perkataannya, “Dulu di rumah itu tinggal seorang pemuda yang baru saja melangsungkan pernikahan. Ketika itu kami (termasuk pemuda itu) sedang pergi bersama Rasulullah sebagai tentara pada Perang Khandaq.
Pada suatu siang yang terik pemuda itu meminta izin kepada Rasulullah untuk pulang menemui istrinya. Beliau pun mengizinkannya pulang. “Bawalah senjatamu! Aku khawatir Bani Quraizah akan membunuhmu.” pesan Rasulullah.
Pulanglah pemuda itu. Tak berapa jauh dari rumahnya ia mendapati istrinya sedang berdiri di antara dua pintu (pintu rumahnya dan pintu tetangganya). Melihat kejadian tersebut, marahlah ia. Ia hampir saja melemparkan tombaknya ke arah istrinya karena terbakar cemburu.
Sebelum semuanya benar-benar terjadi, istrinya berteriak, “Jangan kaulempar tombakmu. Masuklah lebih dulu ke rumah, maka engkau akan tahu apa yang memaksaku keluar rumah!” Ia lalu masuk rumah, dan ia melihat seekor ular melingkarkan tubuhnya di atas ranjang.
Dengan cepat ia menusuk tubuh ular itu dengan tombaknya hingga tembus. Ia pun menenteng ular itu keluar rumah, ketika tiba-tiba ular itu meronta (dan menggigit sang pemuda).
Tidak diketahui apakah ular atau pemuda itu yang lebih dahulu tewas. Lalu kami menghadap Rasulullah dan menceritakan apa yang terjadi. Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar Ia menghidupkannya kembali!” minta kami.
Beliau menjawab, “Sungguh, di Madinah ini ada sekelompok jin yang sudah masuk Islam. Jika kalian melihat salah satu dari mereka (dalam wujud ular) maka usirlah ia dengan halus selama tiga hari. Bila setelah tiga hari ia tetap saja enggan meninggalkan rumah, bunuhlah ia karena hewan yang demikian itu adalah setan!”.
Melalui hadis berikut Nabi menganjurkan para sahabatnya untuk hanya membunuh ular yang berekor buntung dengan dua lajur putih memanjang di punggungnya.
Aku mendengar bahwa Rasulullah melarang kami membunuh ular yang ada di dalam rumah, kecuali ular yang berekor pendek (atau yang putus ekornya) dan mempunyai dua garis lurus berwarna putih di punggungnya. Ular yang seperti ini mampu membutakan mata manusia dan membunuh janin di dalam kandungan ibu hamil. (Riwayat Muslim dan Ahmad dari Abu Lubabah al-Ansari)
Ular juga digambarkan sebagai makhluk yang akan muncul pada Hari Kebangkitan. Mereka yang lalai dalam berzakat akan diikuti terus dan dipatuk oleh ular belang dengan dua taring yang mengerikan Barang siapa diberi Allah harta, lalu ia tidak menunaikan zakatnya, maka harta itu akan diubah wujudnya oleh Allah menjadi ular belang yang memiliki dua taring. Ular itu akan mematuknya dan menggigitnya erat dengan dua sisi mulutnya, sambil berkata, “Aku adalah hartamu. Aku adalah simpananmu.” Lalu ular itu pun membaca ayat, “Janganlah sekali-kali orang yang kikir... hingga akhir ayat.” (Riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah)
*****
FAKTA ILMIAH :
Morfologi
Ciri-ciri utama ular adalah bertubuh panjang dan tidak memiliki kaki. Ciri-ciri selanjutnya adalah, ular tidak memiliki indera pendengaran sama sekali. Akan tetapi, ular bisa merasakan getaran melalui rahang bawahnya saat menempel di tanah atau di permukaan. Ular tidak memiliki kelopak mata yang dapat dibuka-tutup, dan matanya selalu terbuka selama hidupnya. Walaupun begitu, mata ular dilapisi oleh sisik bening yang melindunginya dari kotoran.
Ciri utama lainnya adalah, lidah ular bercabang dua dengan masing-masing cabangnya berukuran panjang dan runcing, dan dapat dijulurkan ke luar melalui rongga di tengah bibirnya. Dengan kata lain, ular dapat menjulurkan lidahnya dalam keadaan mulut tertutup rapat. Ular menjulurkan lidahnya untuk mendeteksi bau di udara, sementara hidung ular hanya digunakan untuk bernafas. Setiap cabang lidah ular dilengkapi dengan kelenjar yang dapat menangkap partikel bau di udara, lalu ular akan menarik lidahnya kembali ke mulut. Selanjutnya, partikel-partikel bau yang menempel di lidahnya itu disalurkan ke sebuah organ pengenal bau yang terletak di langit-langit rahang atasnya. Organ tersebut disebut Organ Jacobson. Setelah diidentifikasi, organ tersebut mengirimkan informasi ke otak ular. Otak akan memprosesnya dan menentukan hal selanjutnya yang akan dilakukan oleh ular, berdasarkan hasil identifikasi bau tersebut, misalnya memburu sumber bau yang berupa mangsanya. Beberapa jenis ular memiliki organ khusus untuk mengidentifikasi temperatur lingkungannya. Alat ini disebut Termoreseptor, dan berguna bagi ular untuk mengetahui dan melacak keberadaan hewan berdarah panas seperti burung dan mamalia.
Habitat
Ular merupakan salah satu reptilia yang paling sukses berkembang di dunia. Mereka dapat ditemukan di semua tipe habitat: hutan, padang rumput, gurun/padang pasir, sungai, danau, dataran tinggi, perkebunan, persawahan, laut, dan juga di pemukiman manusia. Akan tetapi, seperti halnya reptilia lainnya, ular tidak terdapat dan tidak bisa ditemukan di daerah dingin seperti di puncak gunung dan di daerah lingkar kutub (beberapa spesies ada yang mampu hidup di daerah dekat kutub utara). Ular juga tidak terdapat dan tidak ditemukan di Irlandia, Selandia baru, Greenland, pulau-pulau terisolasi di Pasifik seperti Hawaii, serta di Samudera Atlantik.
Sebagian besar ular hidup dan tinggal di tanah, sebagian lagi hidup dan tinggal di atas pohon atau tanaman. Walau begitu,sebagian besar spesies ular di tanah dapat memanjat pohon. Selain di tanah dan pohon, ular juga hidup di perairan, bahkan ada golongan ular yang hidup di air dan tidak pernah berkelana di darat samasekali, misalnya ular-ular golongan Hydrophiidae.
Makanan
Ular adalah hewan karnivora, mereka memangsa berbagai jenis hewan lebih kecil dari tubuhnya. Ular pohon dan ular darat memangsa burung, mamalia, kodok, jenis-jenis reptil yang lain, termasuk telur-telurnya. Ular-ular besar seperti ular sanca kembang dapat memangsa kambing, kijang, rusa dan bahkan manusia. Ular-ular yang hidup di perairan memangsa ikan, kodok, berudu, dan bahkan telur ikan.
Ular memakan seluruh mangsanya tanpa sisa dan mampu mengkonsumsi mangsa tiga kali lebih besar dari diameter kepala mereka. Hal ini dikarenakan rahang mereka lebih rendah dan dapat terpisah dari rahang atas. Selain itu ular memiliki gigi menghadap kebelakang yang menahan mangsanya tetap di mulut mereka. Hal ini mencegah mangsa melarikan diri.[2]
Perilaku
Ular memakan mangsanya bulat-bulat, tanpa dikunyah menjadi keping-keping yang lebih kecil. Gigi di mulut ular tidak memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan sekadar untuk memegang mangsanya agar tidak mudah terlepas. Agar lancar menelan, ular biasanya memilih menelan mangsa dengan kepalanya lebih dahulu.
Beberapa jenis ular, seperti sanca dan ular tikus, membunuh mangsa dengan cara melilitnya hingga tak bisa bernapas. Ular-ular berbisa membunuh mangsa dengan bisanya, yang dapat melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan jantung (neurotoksin), atau yang dapat merusak peredaran darah (hemotoksin), dalam beberapa menit saja. Bisa yang disuntikkan melalui gigitan ular itu biasanya sekaligus mengandung enzim pencerna, yang memudahkan pencernaan makanan itu apabila telah ditelan.
Seperti kebanyakan reptilia lain, untuk menghangatkan suhu tubuh dan juga untuk membantu kelancaran pencernaan, ular kerap kali berjemur (basking) di bawah sinar matahari. Sebagai hewan eksoterm, berjemur merupakan salah cara ular mempertahankan suhu tubuhnya secara eksternal. Ular yang hidup didaerah sub-tropis selalu berhibernasi selama musim dingin. Ular juga harus berganti kulit tiga sampai enam kali per tahun.[2]
Perkembangbiakan
Sekitar 70% dari semua jenis ular berkembang biak dengan bertelur (ovipar).[3] Jumlah telurnya bisa beberapa butir saja, hingga puluhan dan ratusan butir. Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapuk, atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya hingga menetas; bahkan ular sanca ‘mengerami’ telur-telurnya.
Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut ‘melahirkan’ anak. Sebetulnya, ular-ular ini tidak melahirkan seperti halnya mamalia, melainkan telurnya berkembang dan menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), lalu keluar sebagai ular kecil-kecil. Sejenis ular primitif, yakni ular buta atau ular kawat (Indotyphlops braminus), sejauh ini hanya diketahui yang betinanya. Ular yang mirip cacing kecil ini diduga mampu bertelur dan berbiak tanpa ular jantan (partenogenesis).
Sejauh ini, diketahui terdapat lebih dari 2.900 spesies ular di dunia. Dari jumlah tersebut, sekitar 375 spesies merupakan ular berbisa.
DIALOG IMAN :
وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى. قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآَرِبُ أُخْرَى. قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَى. فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى. قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى.
“Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? Berkata Musa: “Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya”. Allah berfirman: “Lemparkanlah ia, hai Musa!” Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Allah berfirman: “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula.” [Thaha: 17-21].
وَقَالَ مُوسَى يَا فِرْعَوْنُ إِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ. حَقِيقٌ عَلَى أَنْ لَا أَقُولَ عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ قَدْ جِئْتُكُمْ بِبَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَرْسِلْ مَعِيَ بَنِي إِسْرَائِيلَ. قَالَ إِنْ كُنْتَ جِئْتَ بِآَيَةٍ فَأْتِ بِهَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ. فَأَلْقَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُبِينٌ. وَنَزَعَ يَدَهُ فَإِذَا هِيَ بَيْضَاءُ لِلنَّاظِرِينَ. قَالَ الْمَلَأُ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ عَلِيم“Dan Musa berkata: “Hai Firaun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israel (pergi) bersama aku”. Firaun menjawab: “Jika benar kamu membawa sesuatu bukti, maka datangkanlah bukti itu jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang benar”. Maka Musa menjatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya. Dan ia mengeluarkan tangannya, maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya. Pemuka-pemuka kaum Firaun berkata: “Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai,” [Al-A’raf, 104-109].
وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ“Dan kami wahyukan kepada Musa: “Lemparkanlah tongkatmu!” Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan.” [Al-A’raf: 117].
Ternyata ada perbedaan bahasa yang digunakan dalam masing-masing tiga kisah di atas.
1. Dalam kisah pertama, ular dibahasakan dengan kata “hayyah”.
2. Dalam kisah kedua, ular dibahasakan dengan kata “tsu’ban”.
3. Dalam kisah ketiga, tidak disebutkan ular, tapi disebutkan dengan kata “hiya” yang merupakan kata ganti untuk bentuk feminin. Bisa kembali kepada ular, bisa juga kembali kepada tongkat.
Lalu apa perbedaannya? Ternyata digunakan kata berbeda dalam aksi yang sama, yaitu melempat tongkat, karena disesuaikan dengan tujuan aksi tersebut.
Kali pertama Nabi Musa as. diperintahkan melempar tongkatnya bertujuan agar beliau yakin bahwa dirinya benar-benar telah diangkat menjadi seorang nabi. Itulah mukjizat yang menjadi buktinya. Pada kisah ular dalam Al-Quran pertama adalah saat Nabi Musa as. dalam perjalanan Yordania-Mesir di Bukit Thursina. Dalam suasana gelap dan dingin itu, Nabi Musa as. yang ditemani anak-istrinya, melihat secercah cahaya. Beliau meninggalkan mereka untuk pergi mendekat kepada cahaya tersebut. Ternyata Allah Taala memanggilnya, dan mengangkatnya menjadi seorang nabi. Sebagai bukti kenabiannya, beliau diberi mukjizat di antaranya tongkat yang saat dilempar berubah menjadi ular.
Kali kedua Nabi Musa as. melemparkan tongkat agar berubah menjadi ular dengan tujuan membuat Firaun takut. Setelah takut diharapkan akan beriman. Pada kisah ular dalam Al-Quran kedua, Nabi Musa as. sudah sampai ke Mesir. Beliau mendatangi Firaun, memintanya untuk beriman dan membebaskan bangsa Bani Israil. Ketika diminta memberikan bukti kenabian, Nabi Musa as. melempar tongkatnya, dan berubah menjadi seekor ular.
Kali ketiga Nabi Musa as. melempar tongkat dengan tujuan mengalahkan para tukang sihir, sehingga mereka dan para hadirin bahwa apa yang ditunjukkannya bukanlah sihir, tapi mukjizat dari Allah Taala. Pada kisah ular dalam Al-Quran ketiga, Nabi Musa as. dipertemukan Firaun dengan para ahli atau tukang sihir kebanggaan dan andalannya. Saat itu dikisahkan bahwa mereka melemparkan tali-tali yang dilihat oleh hadirin menjadi ular-ular yang meliuk-liuk. Tapi saat Nabi Musa as. melemparkan tongkatnya, ular-ular jadian-jadian itu ditelan habis oleh ular atau tongkat Nabi Musa as. Mereka tersadar dan mengakui bahwa apa yang dipertunjukkan Nabi Musa as. berbeda dengan sihir mereka. Itu bukan sihir, tapi mukjizat yang membuktikan bahwa dirinya benar-benar utusan Allah Taala. Mereka beriman yang berakhir dengan hukuman mati dari Firaun yang murka.
Untuk tujuan-tujuan itulah, Allah Taala membahasakan ular dengan bahasa yang berbeda. Dalam kamus, “Hayyah” bermakna ular kecil. Cukuplah tongkat itu berubah menjadi ular kecil agar Nabi Musa as. yakin bahwa dirinya telah diangkat menjadi nabi.
Sementara “tsu’ban” bermakna ular besar. Diperlukan ular besar yang berubah dari tongkat Nabi Musa as. agar Firaun merasa ketakutan, dan akhirnya beriman. Kalau berubahnya menjadi ular kecil, mungkin Firaun tidak akan takut, bahkan mungkin akan melihatnya sebagai hal yang lucu.
Sementara dibahasakan dengan kata “hiya” yang tidak bisa dipastikan apakah berubah menjadi ular atau tetap dalam bentuk tongkat, karena yang penting adalah bahwa benda itu memakan ular jadi-jadian karya para tukang sihir. Sehingga mereka merasa yakin bahwa Nabi Musa as. adalah seorang utusan Allah Taala, bukan seorang tukang sihir.*