Blog

UNTA

Ayat :

أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ

QS. Al Ghasyiyah, 17 : Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, 

وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ

QS. At Takwir, 4 : dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan) 

كَأَنَّهُ جِمَالَتٌ صُفْرٌ

QS. Al Mursalat, 33 : Seolah-olah ia iringan unta yang kuning. 

فَشَارِبُونَ شُرْبَ الْهِيمِ

QS. Al Waqi’ah, 55 : Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum. 

إِنَّا مُرْسِلُو النَّاقَةِ فِتْنَةً لَهُمْ فَارْتَقِبْهُمْ وَاصْطَبِرْ

QS. Al Qomar, 27 : Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka, maka tunggulah (tindakan) mereka dan bersabarlah.

فَنَادَوْا صَاحِبَهُمْ فَتَعَاطَىٰ فَعَقَرَ

QS. Al Qomar, 29 : Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya. 

فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ نَاقَةَ اللَّهِ وَسُقْيَاهَا

QS. Asy Syams, 13 : lalu Rasul Allah (Saleh) berkata kepada mereka: ("Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya".

فَكَذَّبُوهُ فَعَقَرُوهَا فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُمْ بِذَنْبِهِمْ فَسَوَّاهَا

QS. Asy Syams, 14 : Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, maka Tuhan mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyama-ratakan mereka (dengan tanah), 

وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابُ يَوْمٍ عَظِيمٍ

QS. Asy Syu’ara, 156 : Dan janganlah kamu sentuh unta betina itu dengan sesuatu kejahatan, yang menyebabkan kamu akan ditimpa oleh azab hari yang besar". 

فَعَقَرُوهَا فَقَالَ تَمَتَّعُوا فِي دَارِكُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ ۖ ذَٰلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوبٍ

QS. Hud, 65 : Mereka membunuh unta itu, maka berkata Shaleh: "Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan".

وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالْآيَاتِ إِلَّا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الْأَوَّلُونَ ۚ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا ۚ وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا

QS. Al Isra’, 59 : Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.

وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ ۖ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ ۖ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

QS. Al Hajj, 36 : Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. 

مَا جَعَلَ اللَّهُ مِنْ بَحِيرَةٍ وَلَا سَائِبَةٍ وَلَا وَصِيلَةٍ وَلَا حَامٍ ۙ وَلَٰكِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۖ وَأَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

QS. Al Maidah, 103 : Allah sekali-kali tidak pernah mensyari'atkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan haam. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti. 

Tafsir Jalalain: (Tidak sekali-kali menjadikan) mensyariatkan (Allah akan adanya bahirah, saibah, wasilah dan ham) sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang jahiliah. Telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Said bin Musayyab yang telah mengatakan bahwa bahirah ialah unta betina yang air susunya dihadiahkan untuk berhala-berhala, maka tidak ada seorang pun yang berani memerah air susunya. Saibah ialah unta betina yang mereka lepaskan begitu saja dibiarkan demi untuk berhala-berhala mereka, maka unta tersebut tidak boleh dibebani sesuatu pun. Wasilah ialah unta betina yang sewaktu melahirkan anak unta pertama kalinya betina setelah ia beranak lagi secara kembar yang kedua-duanya betina; induk unta itu dibiarkan terlepas bebas jika anak-anaknya itu tidak ada yang jantan yang memisahkan antara kedua anaknya itu. Hal ini mereka lakukan demi berhala-berhala mereka. Dan ham ialah unta pejantan yang dipekerjakan dalam masa yang telah ditentukan dan jika masanya telah habis lalu mereka membiarkannya bebas demi untuk mendekatkan diri kepada berhala-berhala sesembahan mereka. Selain dari itu mereka membebaskannya dari segala muatan dan beban hingga ia tidak lagi disuruh membawa apa pun dan nama lain dari jenis unta itu ialah hami. (Akan tetapi orang-orang kafir selalu membuat kedustaan terhadap Allah) dalam hal tersebut kemudian mereka mengaitkannya kepada Allah (dan kebanyakan mereka tidak mengerti) bahwa perkara tersebut merupakan kedustaan karena mereka dalam hal ini hanyalah mengikuti apa yang biasa dilakukan oleh nenek moyang mereka.


KISAH :

1. KISAH UNTA NABI SHALIH AS.

Permintaan Kaum Tsamud

Para ahli tafsir menyebutkan, suatu ketika kaum Tsamud berkumpul di suatu tempat perkumpulan, lalu Rasulullah Shalih mendatangi mereka, menyeru mereka menuju Allah, mengingatkan, memberi nasihat dan menyampaikan perintah kepada mereka, lalu mereka menantang Shalih, “Jika kau bisa mengeluarkan seekor unta bunting dengan ciri seperti ini dan itu dari batu besar ini—mereka menunjuk batu yang ada di sana, menyebutkan sejumlah ciri yang mereka inginkan. Nabi Shalih kemudian berkata kepada mereka, ‘Bagaimana menurut kalian, jika aku penuhi permintaan seperti yang kalian inginkan, apakah kalian mau beriman kepada kebenaran yang aku sampaikan dan mempercayai risalah yang diutuskan kepadaku?’ ‘Ya,’ jawab mereka. Shalih kemudian mengambil perjanjian mereka atas hal itu.

Setelah itu Shalih menghampiri tempat shalat, ia kemudian shalat untuk Allah ‘Azza wa Jalla seperti yang Ia takdirkan untuknya, setelah itu ia memanjatkan doa kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar permintaan mereka dikabulkan. Allah ‘Azza wa Jalla kemudian memerintahkan bongkahan batu besar tersebut untuk mengeluarkan seekor unta besar dan bunting dengan ciri-ciri tepat seperti yang mereka inginkan.

Saat melihat mukjizat itu dengan mata kepala sendiri, mereka melihat suatu hal besar, kuasa nyata, bukti jelas dan terang, hingga banyak di antara mereka beriman, namun sebagian besar tetap kafir, tersesat dan membangkang. Karena itu Allah SWT berfirman, “Tetapi mereka menganiaya unta betina itu.” Yaitu mereka mengingkarinya dan sebagian besar di antara mereka enggan mengikuti kebenaran karena mukjizat tersebut.

Di antara tokoh orang-orang yang menyatakan beriman adalah Junda’ bin Amr bin Muhallah bin Labid bin Jawas, ia termasuk salah seorang pemimpin kaum Tsamud yang tetap berpegang teguh pada Islam. Yang menghalangi lainnya untuk beriman adalah Dzuab bin Labid dan Habbab, si pemilik berhala-berhala kaum Tsamud dan Rabbab bin Sha’ar bin Jalmus. Junda’ mengajak saudara sepupunya, Syihab bin Khalifah, ia termasuk salah seorang pemuka kaum Tsamud, untuk masuk Islam. Syihab bermaksud untuk masuk Islam, tapi dihalang-halangi oleh para pembesar Tsamud yang masih kafir. Akhirnya, Syihab kembali ke barisan orang-orang kafir. Terkait kejadian ini, seseorang dari barisan kaum muslimin, namanya Mahrasy bin Ghanamah bin Dzamil, menuturkan dalam bentuk bait-bait syair;

Sekelompok orang dari keluarga Amr

Menyeru Syihab untuk memeluk agama sang Nabi

Ia adalah pemuka kaum Tsamud secara keseluruhan

Ia bermaksud untuk menerima seruan itu, andai saja ia mau menerima

Tentu Shalih akan menjadi pemimpin di tengah-tengah kita semua

Dan mereka tidak akan lagi mengikuti Dzuab

Hanya saja orang-orang sesat dari keluarga Hajar ...

Berpaling layaknya lalat setelah mereka mendapat petunjuk

Karena itu Shalih mengatakan kepada mereka, “Ini (seekor) unta betina dari Allah,” Shalih menyandarkan unta tersebut kepada Allah sebagai bentuk kemuliaan dan keagungan, sama seperti kata Baitullah dan Abdullah. "Sebagai mukjizat untukmu,” yaitu sebagai bukti kebenaran ajaran yang aku sampaikan kepada kalian. “Biarkanlah ia makan di bumi Allah, janganlah disakiti, nanti akibatnya kamu akan mendapatkan siksaan yang pedih.” (Al-A’raf: 73).

Pada mulanya mereka menyepakati unta tersebut ada di tengah-tengah mereka, memakan rerumputan di manapun dalam kawasan mereka, mendatangi air hari demi hari. Saat datang ke tempat minum, unta meminum air sumur kaum Tsamud selama seharian, sementara kaum Tsamud menunda keperluan air hingga hari berikutnya. Menurut salah satu riwayat, mereka meminum air susu unta tersebut hingga kebutuhan mereka terpenuhi. Karena itu Shalih mengatakan, “Ini seekor unta betina, yang berhak mendapatkan (giliran) minum, dan kamu juga berhak mendapatkan minum pada hari yang ditentukan." (Asy-Syu’ara': 155).

Karena itu Allah berfirman, “Sesungguhnya, Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka.” (Al-Qamar: 27). Yaitu sebagai ujian bagi mereka, apakah mereka mempercayai, ataukah mengingkarinya? Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka lakukan. “Maka tunggulah mereka,” yaitu tunggulah apa yang akan mereka lakukan, “Dan bersabarlah (Shalih)” menghadapi gangguan mereka, karena berita itu pasti akan datang kepadamu dengan jelas. “Dan beritahukanlah kepada mereka bahwa air itu dibagi di antara mereka (dengan unta betina itu); setiap orang berhak mendapat giliran minum." (Al-Qamar: 28)

Konspirasi untuk Membunuh Unta Nabi Shalih 

Setelah situasi ini berlangsung cukup lama, akhirnya para tokoh kaum Tsamud berkumpul, dan kesepakatan tercapai untuk menyembelih unta tersebut, agar mereka merasa lega dan tidak lagi terusik, agar mereka dengan leluasa memenuhi kebutuhan air, dan setan pun menghiasi perbuatan buruk mereka ini hingga terasa indah bagi mereka. Allah SWT berfirman, “Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya. Mereka berkata, ‘Wahai Shalih! Buktikanlah ancaman kamu kepada kami,jika benar engkau salah seorang rasul.” (Al-A’raf: 77).

Eksekutor penyembelihan unta ini adalah pemimpin kaum Tsamud, ia adalah Qidar bin Salif bin Junda’, ia berkulit merah bercampur biru dan abu-abu. Ada yang menyebutkan, ia adalah anak zina yang dilahirkan di tempat tidur Salif. Salif adalah anak seseorang yang bernama Shaiban. Aksi ini dilakukan atas kesepakatan seluruh kaum Tsamud. Karena itulah tindakan ini dikaitkan dengan mereka semua.

Ibnu Jarir dan ulama tafsir lain menyebutkan, ada dua wanita Tsamud, salah satunya bernama Shaduq binti Mahya bin Zuhair bin Mukhtar, ia terbilang wanita terhormat dan ditaati. Ia adalah istri seorang lelaki yang masuk Islam lalu ia dicerai. Ia kemudian memanggil saudara sepupunya bernama Mashra’ bin Mahraj bin Mahya, dan menawarkan diri padanya jika Mashra' bersedia menyembelih unta tersebut. Wanita yang satunya lagi bernama Unaizah binti Ghunaim bin Majlaz, kuniahnya Ummu Ghanamah, ia wanita tua dan kafir. Ia memiliki sejumlah anak perempuan dari suaminya, Dzuab bin Amr, salah seorang pembesar Tsamud. Ia kemudian menawarkan empat putrinya kepada Qidar bin Salif, jika ia bersedia menyembelih unta, ia dipersilakan memilih manapun di antara putrinya yang ia mau. Akhirnya, dua pemuda ini bergerak untuk menyembelih unta. Berita ini segera menyebar di telinga kaum Tsamud. Ada tujuh orang lain yang menerima ajakan untuk menyembelih unta tersebut, hingga jumlah total mencapai sembilan orang. Mereka inilah yang disebutkan dalam firman Allah SWT, “Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan.” (An-Naml: 48). Mereka membujuk kabilah lain untuk menyembelih unta tersebut, mereka menerima ajakan itu. Akhirnya, semuanya pergi untuk mengintai unta itu.

Saat unta meninggalkan tempat air, Mashra’ memasang perangkap, lalu ia panah. Setelah itu, ia tikam di kedua lambungnya dengan maksud untuk mendorong rekan-rekannya melakukan penyerangan. Dan yang lebih dulu melakukan penyerangan di antara mereka adalah Qidar bin Salif. Qidar menebaskan pedang ke arah unta itu tepat mengenai urat pada keting (belakang kaki). Akhirnya, unta tersungkur di tanah, mengeluarkan suara keras hingga mengeluarkan janin yang ada di perutnya. Qidar kemudian menikam kepalanya lalu menyembelihnya. Anak unta tersebut berhasil meloloskan diri, naik ke atas gunung yang kokoh dan mengeluarkan suara keras sebanyak tiga kali.

Abdurrazzaq meriwayatkan dari Ma’mar, dari seseorang yang mendengar Hasan, ia menuturkan, “Anak unta tersebut mengatakan, 'Ya Rabb! Mana ibuku?’ Setelah itu ia masuk ke dalam bongkahan batu besar dan menghilang di sana’.” Menurut sumber lain, mereka juga menyembelih anak unta tersebut.

Allah SWT berfirman, “Maka mereka memanggil kawannya, lalu dia menangkap (unta itu) dan memotongnya. Maka betapa dahsyatnya azab-Ku dan peringatan-Ku!” (Al-Qamar: 29-30). Allah SWT berfirman, “Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, lalu Rasul Allah (Shalih) berkata kepada mereka, ‘(Biarkanlah) unta betina dari Allah ini dengan minumannya,” yaitu biarkanlah unta itu. ‘Namun mereka mendustakannya dan menyembelihnya, karena itu Rabb membinasakan mereka karena dosanya, lalu diratakan-Nya (dengan tanah), dan Dia tidak takut terhadap akibatnya’.” (Asy-Syams: 12-15).

Imam Ahmad meriwayatkan, dari Abdullah bin Numair, dari Hisyam (yakni Abu Urwah), dari ayahnya, dari Abdullah bin Zam’ah.ia mengatakan, “Rasulullah suatu ketika berkhotbah, beliau menyebut unta yang disembelih (kaum Tsamud), beliau menyampaikan, ‘Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka.’ Seseorang yang perkasa, pemimpin tengah-tengah kaumnya bangkit untuk (menyembelih)nya, ia seperti Abu Zam’ah’.”

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits ini dari Hisyam dengan matan yang sama. ‘Arim artinya perkasa, ‘aziz maksudnya seorang pemimpin kuat dan ditaati di tengah-tengah kaumnya.

Muhammad bin Ishaq menuturkan, “Yazid bin Muhammad bin Khutsaim bercerita kepadaku, dari Muhammad bin Ka’ab, dari Muhammad bin Khutsaim bin Yazid, dari Ammar bin Yasir, ia menuturkan, ‘Rasulullah SAW bertanya kepada Ali, ‘Maukah aku beritahukan kepadamu siapa orang yang paling celaka?’ Tentu,’ sahut Ali. Beliau menjelaskan, ‘Ada dua lelaki, salah satunya adalah orang bodoh kaum Tsamud yang menyembelih unta (Shalih), dan orang yang menikammu, wahai Ali, di bagian ini—maksud beliau kepala Ali—hingga (darah) membasahi ini—jenggot maksud beliau’.” (HR. IbnuAbi Hatim).

Serangkaian Alasan Diturunkannya Azab

Allah SWT berfirman, “Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya. Mereka berkata, Wahai Shalih! Buktikanlah ancaman kamu kepada kami, jika benar engkau salah seorang rasul.” (Al-A’raf: 77). Dengan kata-kata ini, mereka menumpuk sejumlah kekafiran nyata sebagai berikut:

1. Menentang Allah dan rasul-Nya dengan menerjang larangan tegas menyembelih unta yang dijadikan Allah sebagai mukjizat bagi mereka.

2. Meminta agar siksaan disegerakan dan menimpa mereka. Karena itu, mereka pantas menerima siksa itu karena dua alasan. Pertama; seperti yang telah disyaratkan bagi mereka dalam firman-Nya, “Dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang akan menyebabkan kamu segera ditimpa (azab)” (Hud: 64). Ayat lain menyebut, “Nanti kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat.” (Asy-Syu’ara': 156). Lainnya menyebutkan, “Nanti akibatnya kamu akan mendapatkan siksaan yang pedih." (Al-A’raf: 73). Semua ini benar adanya. Alasan kedua; mereka sendiri yang meminta agar siksa disegerakan.

3. Mendustakan rasul yang nubuwah dan kebenarannya dikuatkan oleh bukti nyata, mereka sendiri mengetahui bukti kebenaran itu dengan pasti. Namun kekafiran dan kesesatan jua yang mendorong mereka untuk membangkang, serta menganggap kebenaran dan siksa sebagai sesuatu yang mustahil. Allah berfirman, “Maka mereka menyembelih unta itu, kemudian dia (Shalih) berkata, ‘Bersukarialah kamu semua di rumahmu selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan’.” (Hud: 65).

Diriwayatkan, saat mereka menyembelih unta, orang pertama yang menyergap adalah Qidar bin Salif la’natullah ‘alaih, Salif menyembelih unta itu hingga unta jatuh tersungkur, lalu yang lain langsung menyerang dengan pedang dan memotong-motong unta. Saat anak unta melihat hal itu, ia melarikan diri, naik ke atas gunung, dan mengeluarkan suara keras sebanyak tiga kali.

Karena itu Shalih mengatakan kepada mereka, “Bersukarialah kamu semua di rumahmu selama tiga hari." (Hud: 65). Yaitu selain hari ketika mereka menyembelih unta itu. Namun, ancaman keras ini ternyata tidak juga mereka percaya. Parahnya lagi, sore harinya mereka berniat untuk membunuh Shalih, dan mereka bermaksud agar Shalih segera menyusul untanya, kata mereka. “Mereka berkata, ‘Bersumpahlah kamu dengan (nama) Allah, bahwa kita pasti akan menyerang dia bersama keluarganya pada malam hari’,” yaitu kita akan menyerang Shalih dan keluarganya di rumahnya, lalu kita akan membunuhnya. Setelah itu, kita ingkari perbuatan itu jika para wali Shalih menuntut kematiannya, karena itu mereka mengatakan, “Kemudian kita akan mengatakan kepada ahli warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kebinasaan keluarganya itu, dan sungguh, kita orang yang benar.” (An-Naml: 49).

Kisah Pembinasaan Kaum Tsamud

Allah SWT berfirman, “Dan mereka membuat tipu daya, dan Kami pun menyusun tipu daya, sedang mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah bagaimana akibat dari tipu daya mereka, bahwa Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah rumah-rumah mereka yang runtuh karena kezaliman mereka. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mengetahui. Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (An-Naml: 50-53).

Allah mengirim bebatuan yang menimpa mereka yang hendak membunuh Nabi Shalih, hingga mereka semua binasa, sebagai siksaan yang disegerakan sebelum mereka mati. Pada hari Kamis—hari pertama selama masa penantian selama tiga hari—wajah-wajah kaum Tsamud berubah pucat pasi, tepat seperti yang diancamkan Nabi Shalih. Pada sore harinya, mereka sama-sama meneriakkan, “Satu hari penantian itu telah berlalu.” Selanjutnya pada pagi hari kedua selama tiga hari penantian, yaitu hari Jum’at, wajah mereka berubah merah. Pada sore harinya, mereka saling meneriakkan, “Dua hari penantian itu telah berlalu.” Selanjutnya pada pagi hari ketiga selama tiga hari yang dinantikan untuk bersenang-senang, yaitu hari Sabtu, wajah mereka berubah hitam. Kemudian pada sore harinya mereka saling meneriakkan, “Masa penantian itu berlalu sudah.” 

Pada Ahad pagi, mereka mengenakan kamper, bersiap-siap, dan duduk menantikan azab, siksa, dan hukuman apa yang akan menimpa. Mereka tidak tahu akan diperlakukan seperti apa, dan dari arah mana siksaan itu tiba.

Saat matahari terbit, datanglah suara menggemuruh dari langit di atas mereka, bumi yang ada di bawah mereka berguncang hebat, hingga nyawa mereka melayang, semuanya diam tidak bergerak, suasana senyap tanpa suara. Terjadilah ancaman yang disampaikan, hingga mereka bergelimpangan di bawah reruntuhan rumah-rumah mereka. Mereka berubah menjadi bangkai-bangkai tanpa nyawa dan tidak bergerak. Para ahli tafsir menyebutkan, tak seorang pun tersisa selain seorang budak wanita lumpuh, namanya Kalbah binti Salaq—sumber lain menyebut namanya Dzari’ah. Ia sangat ingkar dan memusuhi Shalih. Saat melihat azab menimpa, ia menjulurkan kaki dan berdiri, lalu berlari sekencang mungkin, kemudian mendatangi salah satu perkampungan Arab dan memberitahukan kejadian yang ia lihat dan siksaan yang menimpa kaumnya. Ia kemudian meminta air minum pada mereka, dan setelah minum, ia mati.

Allah SWT berfirman, “Seolah-olah mereka belum pernah tinggal di tempat itu,” yaitu mereka seakan-akan belum pernah menempati negeri itu dengan keleluasaan rezeki dan kekayaan. “Ingatlah, kaum Tsamud mengingkari Rabb mereka. Ingatlah, binasalah kaum Tsamud.” (Hud: 68). Yaitu lisan takdir meneriakkan kata-kata ini pada mereka.

Nabi Shalih dan Pengikutnya Meninggalkan Kampung Halaman

Allah SWT berfirman, “Kemudian dia (Shalih) pergi meninggalkan mereka sambil berkata, ‘Wahai kaumku! Sungguh, aku telah menyampaikan amanat Tuhanku kepadamu dan aku telah menasihati kamu. Tetapi kamu tidak menyukai orang yang memberi nasihat’.” (Al-A’raf: 79). Ini kabar tentang Shalih. Setelah kaumnya binasa, Shalih berkata kepada mereka sambil berlalu meninggalkan negeri mereka ke tempat lain, “Wahai kaumku! Sungguh, aku telah menyampaikan amanat Tuhanku kepadamu dan aku telah menasihati kamu,” yaitu aku sudah bersusah payah memberikan petunjuk pada kalian semampuku, dan aku berusaha keras untuk itu dengan tutur kata, tindakan, dan niat. 

“Tetapi kamu tidak menyukai orang yang memberi nasihat,” yaitu watak kalian memang enggan menerima dan menginginkan kebenaran. Itulah yang membuat kalian tertimpa siksaan pedih seperti ini, siksaan yang akan terus menimpa kalian hingga selamanya. Aku sedikit pun tidak memiliki daya upaya untuk menghindarkan kalian dari azab. Aku hanya berkewajiban menyampaikan risalah dan nasihat. Dan tugas itu sudah aku tunaikan untuk kalian. Namun Allah berbuat seperti yang Ia kehendaki.

Menurut salah satu sumber, Shalih pindah ke Tanah Haram, dan tinggal di sana hingga wafat.

Imam Ahmad menuturkan, “Waki’ bercerita kepada kami, Zam’ah bin Shalih bercerita kepada kami, dari Salamah bin Wahram, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia menuturkan, ‘Suatu ketika Rasulullah melintas di lembah Usfan saat menunaikan haji. Beliau bertanya, ‘Hai Abu Bakar! Lembah apa ini?’ ‘Lembah Usfan,’ (sebuah lembah teitalak di jalan antara Mekkah dan Madina) jawab Abu Bakar. Beliau kemudian bersabda, ‘Sungguh, lembah ini pernah dilalui Hud dan Shalih dengan mengendarai unta jantan milik mereka. Tali kekang mereka sabut, sarung mereka mantel dan pakaian mereka adalah kain bergaris (putih hitam). Mereka berkunjung ke Baitul Atiq (untuk menunaikan ibadah haji)’.”

Sanad hadits ini hasan, sudah disebutkan sebelumnya dalam kisah Nabi Nuh AS dari riwayat Thabrani. Riwayat Thabrani menyebut Nabi Nuh, Hud dan Ibrahim.*

(source: KISAH PARA NABI, IBNU KATSIR, UMMUL QURA, 2015)

*****

2. KISAH UNTA YANG MENGADU KEPADA RASULULLAH

Suatu hari untuk suatu tujuan Rasulullah keluar rumah dengan menunggangi untanya. Abdullah bin Ja’far ikut membonceng di belakang. Ketika mereka sampai di pagar salah salah seorang kalangan Anshar, tiba-tiba terdengar lenguhan seekor unta.

Unta itu menjulurkan lehernya ke arah Rasulullah saw. Ia merintih. Air matanya jatuh berderai. Rasulullah saw. mendatanginya. Beliau mengusap belakang telinga unta itu. Unta itu pun tenang. Diam.

Kemudian dengan wajah penuh kemarahan, Rasulullah saw. bertanya, “Siapakah pemilik unta ini, siapakah pemilik unta ini?”

Pemiliknya pun bergegas datang. Ternyata, ia seorang pemuda Anshar.

“Itu adalah milikku, ya Rasulullah,” katanya.

Rasulullah saw. berkata, “Tidakkah engkau takut kepada Allah karena unta yang Allah peruntukkan kepadamu ini? Ketahuilah, ia telah mengadukan nasibnya kepadaku, bahwa engkau membuatnya kelaparan dan kelelahan.”

Subhanallah! Unta itu ternyata mengadu kepada Rasulullah saw. bahwa tuannya tidak memberinya makan yang cukup sementara tenaganya diperas habis dengan pekerjaan yang sangat berat. Kisah ini bersumber dari hadits nomor 2186 yang diriwayatkan Abu Dawud dalam Kitab Jihad.

Bagaimana jika yang mengadu adalah seorang pekerja yang gajinya tidak dibayar sehingga tidak bisa membeli makanan untuk keluarganya, sementara tenaganya sudah habis dipakai oleh orang yang mempekerjakannya? Pasti Rasulullah saw. lebih murka lagi.

Di kali yang lain, Abdullah bin Umar menceritakan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Seorang wanita disiksa karena menahan seekor kucing sehingga membuatnya mati kelaparan, wanita itupun masuk neraka.” Kemudian Allah berfirman –Allah Maha Tahu—kepadanya, “Kamu tidak memberinya makan, tidak juga memberinya minum saat ia kamu pelihara; juga engkau tidak membiarkannya pergi agar ia dapat mencari makanan sendiri dari bumi ini.” (HR. Bukhari, kitab Masafah, hadits nomor 2192).

Yang ini cerita Amir Ar-Raam. Ia dan beberapa sahabat sedang bersama Rasulullah saw. “Tiba-tiba seorang lelaki mendatangi kami,” kata Amir Ar-Raam. Lelaki itu dengan kain di atas kepadanya dan di tangannya terdapat sesuatu yang ia genggam.

Lelaki itu berkata, “Ya Rasulullah, saya segera mendatangimu saat melihatmu. Ketika berjalan di bawah pepohonan yang rimbun, saya mendengar kicauan anak burung, saya segera mengambilnya dan meletakkannya di dalam pakaianku. Tiba-tiba induknya datang dan segera terbang berputar di atas kepalaku. Saya lalu menyingkap kain yang menutupi anak-anak burung itu, induknya segera mendatangi anak-anaknya di dalam pakaianku, sehingga mereka sekarang ada bersamaku.”

Rasulullah saw. berkata kepada lekaki itu, “Letakkan mereka.”

Kemudian anak-anak burung itu diletakan. Namun, induknya enggan meninggalkan anak-anaknya dan tetap menemani mereka.

“Apakah kalian heran menyaksikan kasih sayang induk burung itu terhadap anak-anaknya?” tanya Rasulullah saw. kepada para sahabat yang ada waktu itu.

“Benar, ya Rasulullah,” jawab para sahabat.

“Ketahuilah,” kata Rasulullah saw. “Demi Dzat yang mengutusku dengan kebenaran, sesungguhnya Allah lebih penyayang terhadap hamba-hamba-Nya melebihi induk burung itu kepada anak-anaknya.”

“Kembalikanlah burung-burung itu ke tempat di mana engkau menemukannya, bersama dengan induknya,” perintah Rasulullah. Lelaki yang menemukan burung itupun segera mengembalikan burung-burung itu ke tempat semula.

Begitulah Akhlak terhadap hewan yang diajarkan Rasulullah saw. Bahkan, membunuh hewan tanpa alasan yang hak, Rasulullah menggolongkan suatu kezhaliman. Kabar ini datang dari Abdullah bin Amr bin Ash, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang membunuh seekor burung tanpa hak, niscaya Allah akan menanyakannya pada hari Kiamat.”

Seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, apakah hak burung tersebut?”

Beliau menjawab, “Menyembelihnya, dan tidak mengambil lehernya lalu mematahkannya.” (HR. Ahmad, hadits nomor 6264)

Jika kepada hewan saja kita memenuhi hak-haknya, apalagi kepada manusia. Adakah hak-hak orang lain yang belum kita tunaikan?*


FAKTA ILMIAH :

UNTA YANG ISTIMEWA

Unta adalah dua spesies hewan berkuku genap dari genus Camelus (satu berpunuk tunggal - Camelus dromedarius, satu lagi berpunuk ganda - Camelus bactrianus) yang hidup ditemukan di wilayah kering dan gurun di Asia dan Afrika Utara. Rata-rata umur harapan hidup unta adalah antara 30 sampai 50 tahun.

Domestikasi unta oleh manusia telah dimulai sejak kurang lebih 5.000 tahun yang lalu. Pemanfaatan unta antara lain untuk diambil susu (yang memiliki nilai nutrisi lebih tinggi daripada susu sapi) serta dagingnya, dan juga digunakan sebagai hewan pekerja serta hewan tunggangan.

Seperti yang diketahui, unta hidup di padang pasir yang memiliki range temperatur udara yang mampu membunuh mayoritas makhluk hidup. Selain itu, mereka mampu untuk tidak makan dan minum selama beberapa hari.

Ada banyak hal yang membuat mereka mampu beradaptasi. Salah satunya adalah punuknya. Banyak orang mengira punuknya menyimpan air, tetapi sebenarnya tidak. Punuk unta menyimpan lemak khusus, yang pada suatu saat bisa diubah menjadi air dengan bantuan oksigen hasil respirasi. Satu gram lemak yang ada pada punuk unta bisa diubah menjadi satu gram air.

Kemampuan adaptasi lainnya yang luar biasa adalah, sistem respirasinya meninggalkan sedikit sekali jejak uap air. Uap air yang keluar dari paru-paru diserap kembali oleh tubuhnya melalui sel khusus yang terdapat di hidung bagian dalam, membentuk kristal dan suatu saat dapat diambil.

Tubuh unta dapat bertahan hingga pada suhu 41 derajat celcius. Lebih dari itu, unta mulai berkeringat. Penguapan dari keringat yang terjadi hanya pada kulitnya, bukan pada rambutnya. Dengan cara pendinginan yang efisien itu, unta mampu menghemat air cukup banyak.

Unta mampu bertahan dengan kehilangan massa sekitar 20–25% selama berkeringat. Mayoritas makhluk hidup hanya mampu bertahan hingga kehilangan massa sekitar 3–4% sebelum terjadi gagal jantung akibat mengentalnya darah. Meskipun unta kehilangan banyak cairan tubuh, darahnya tetap terhidrasi, hingga batas 25% tercapai. Dan saat bertemu sumber air, tubuhnya sanggup menyerap hingga lebih dari 100 liter air hanya dalam 5-10 menit.

Ada banyak hal mengapa darah unta tidak mengental pada kondisi di mana darah mayoritas makhluk hidup sudah mengental. Sel darah merah unta berbentuk oval, bukan bulat seperti makhluk hidup lainnya. Unta juga memiliki sistem imunitas yang cukup unik. Semua mamalia memiliki antibodi berbentuk Y dengan dua rantai panjang sepanjang Y itu dengan dua rantai pendek di setiap ujung dari Y tersebut, tetapi unta hanya memiliki dua rantai panjang yang menjadikannya berbentuk lebih kecil sehingga mengurangi kemungkinan darah akan mengental.

Ginjal dan usus mereka sangat efisien dalam menyaring air. Bentuk urin mereka sangat kental dan kotoran mereka sangat kering sehingga bisa langsung dibakar ketika dikeluarkan.

Selain panas dan kering, lingkungan berpasir pun bisa disiasati oleh unta. Kaki mereka mempunyai dua kuku besar yang melebar untuk mendistribusi berat tubuhnya sehingga mereka tidak tenggelam dalam pasir. Badai pasir pun bukan masalah, karena mereka punya bulu mata yang panjang dan lubang hidung yang bisa menutup secara otomatis.

Bentuk adaptasi hebat lain yang dimiliki unta adalah kemampuannya untuk makan kaktus yang dipenuhi duri tajam. Karena kaktus seringkali adalah satu-satunya sumber makanan di area gurun pasir, maka kemampuan tersebut sangat vital bagi mereka.

Bagaimana unta bisa mengunyah duri-duri tajam kaktus tanpa terluka? Ternyata unta memiliki struktur keras bernama "papilae" di dalam mulutnya. Papilae tersusun dari keratin, bahan yang sama seperti kuku manusia. Dengan papilae tersebut, unta bisa mengarahkan duri-duri kaktus supaya tidak menusuk mulutnya.

Saat mengunyah, rahang unta bergerak menyamping untuk mendistribusi tekanan dari kaktus, lalu papilae mengarahkan duri kaktus secara vertikal seraya masuk ke kerongkongannya. Unta sebenarnya masih bisa terluka saat makan kaktus, tapi mereka bisa menoleransinya jika kaktus adalah satu-satunya makanan yang tersedia.*



DIALOG IMAN :

UNTA, Si Tangguh dari Padang Pasir

Siapa diantara teman-teman yang belum mengetahui seperti apa unta?

Insya Allah, semua sudah tau ya. Unta sangat berbeda dengan binatang lain yang ada di sekitar kita. Penciptaan unta sangat istimewa sebagaimana Allah sebutkan dalam Al-Quran.

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan.'' (QS. Al-Ghaasyiyah:17)

Allah pun sangat mengistimewakan unta. Ingat kisah unta Nabi Shaleh? Unta yang Allah lahirkan dari dalam batu. Ia membuat kaum Nabi Shaleh kagum karena dapat menghabiskan semua air yang ada di tempat mereka dalam sehari dan tidak minum di hari berikutnya.

Unta adalah binatang khas padang pasir. Meski teman-teman pernah lihat unta di kebun binatang, rumah aslinya adalah di padang pasir. Padang pasir tempat yang sangat panas. Suhunya mencapai 55 derajat Celcius. Padang luas yang tandus tidak ada pepohonan maupun sumber air. Allah menciptakan unta dengan semua

kelengkapan tubuh yang istimewa, sehingga ia mampu bertahan hidup pada kondisi alam seperti itu. Sehingga setiap bagian dari tubuh unta memiliki keistimewaan yang unik. 

Punuk unta adalah timbunan lemak sehingga ia dapat bertahan tanpa makan dan minum hingga delapan hari lamanya. Berat punuk unta dapat mencapai 40 kg. Kakinya yang panjang dan telapak kakinya lebar membuat unta dapat berjalan jauh di pasir tanpa terperosok, meski membawa beban yang sangat berat.

Mulut dan perutnya diciptakan Allah agar dapat mengunyah dan mencerna segala jenis tumbuhan di gurun. Unta memiliki kelopak mata yang besar dan bulu mata yang panjang. Ini berfungsi untuk melindungi dari debu dan pasir. Kelopak mata unta transparan atau tembus cahaya sehingga ia dapat melihat meski kelopak matanya sedang menutup. Wah, jadi mirip kacamata ya?

Selain bentuk fisik, unta juga adalah binatang yang memiliki adab. Ketika sama-sama minum dari mata air, unta akan berurutan dan mengantri. Unta akan memilih tempat yang sepi saat berkembang biak. Unta pun memiliki ingatan yang sangat baik, terutama untuk jalan dan tempat yang dilaluinya.

Masya Allah, ini adalah sebagian yang telah kita ketahui dari penciptaan unta. Teman-teman bisa saja suatu saat menemukan hal unik lain dari unta, insya Allah.*

(Lihat: Majalah BILAL edisi Perkenalan)






Send a Message

Sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magnais.