Blog

GAGAK, al maidah 31

AYAT :

فَبَعَثَ اللَّهُ غُرَابًا يَبْحَثُ فِي الْأَرْضِ لِيُرِيَهُ كَيْفَ يُوَارِي سَوْءَةَ أَخِيهِ ۚ قَالَ يَا وَيْلَتَا أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَٰذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ أَخِي ۖ فَأَصْبَحَ مِنَ النَّادِمِينَ
QS. Al Maidah, 31 : Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.


KISAH :

1. KISAH GAGAK DAN DUA ANAK ADAM

Allah berfirman, “Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, ‘Sungguh aku pasti membunuhmu!’ Dia (Habil) berkata, ‘Sesungguhnya, Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.’ ‘Sungguh, jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Rabb seluruh alam.’ ‘Sesungguhnya, aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka; dan itulah balasan bagi orang yang zalim.’ Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi. Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk diperlihatkan kepadanya (Qabil). Bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya Qabil berkata, ’Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?’ Maka jadilah dia termasuk orang yang menyesal’.” (Al-Ma'idah: 27-31)

Kisah ini sudah kami bahas dalam tafsir surah Al-Ma’idah dan dirasa sudah cukup. Alhamdulillah.

Berikut akan kami sampaikan intisari penjelasan para imam salaf terkait kisah ini.

As-Suddi meriwayatkan dari Abu Malik dan Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud, dari sejumlah sahabat. Adam menikahkan setiap anak lelaki dengan anak perempuan yang lahir tidak bersamaan. Habil ingin menikahi saudara perempuan Qabil, dan Qabil lebih tua dari Habil. Saudara perempuan Qabil cantik jelita. Qabil tidak mau mengalah dengan saudaranya dan tetap ingin memiliki saudarinya itu. Adam memerintahkan Qabil untuk menikahkan saudarinya tersebut dengan Habil, tapi Qabil menolak. Adam lalu memerintahkan keduanya untuk mempersembahkan kurban. Adam pergi untuk menunaikan ibadah haji ke Mekkah, dan menitipkan anak-anaknya kepada langit, tapi langit enggan menerima permintaannya itu. Adam kemudian menitipkan anak-anaknya kepada bumi dan gunung, mereka semua menolak. Qabil justru menerima permintaan ayahnya untuk menjaga saudara-saudaranya.

Qabil dan Habil Mempersembahkan Pengorbanannya

Saat Qabil dan Habil mempersembahkan kurban, Habil mempersembahkan seekor kambing gemuk, karena ia memiliki banyak kambing. Sementara Qabil mempersembahkan seikat hasil tanaman yang buruk. Api kemudian turun dan memakan kurban Habil, sementara kurban milik Qabil dibiarkan. Qabil pun marah lalu berkata, “Sungguh, aku akan membunuhmu agar tidak menikahi saudariku.’ Habil menyahut, ‘Sesungguhnya, Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa’.”

Kisah ini juga diriwayatkan dari Ibnu Abbas melalui sejumlah jalur riwayat lain, dan Abdullah bin Amr. Abdullah bin Amr mengatakan, “Demi Allah, yang dibunuh (Habil) sebenarnya lebih kuat (dari Qabil). Hanya saja rasa berdosa mencegah Habil menggerakkan tangan untuk membunuh Qabil.”

Abu Ja’far Al-Baqir menyebutkan, Adam menyerahkan kurban kedua anaknya itu, lalu kurban milik Habil diterima, sementara kurban milik Qabil tidak diterima. Qabil kemudian berkata pada ayahnya, “Kurban Habil diterima karena kau berdoa untuknya, dan tidak berdoa untukku.” Qabil kemudian mengancam untuk membunuh saudaranya, Habil.

Peristiwa Pembunuhan Pertama di Dunia

Suatu malam, Habil tidak kunjung pulang menggembala kambing. Adam kemudian mengutus Qabil untuk melihat apa yang membuatnya terlambat pulang. Setelah mencari-cari, Qabil bertemu Habil. Qabil berkata pada Habil, “Kurbanmu diterima sementara kurbanku tidak.’ Habil menyahut, ‘Sesungguhnya, Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.’ Qabil marah saat itu dan memukulkan benda tumpul yang ia bawa hingga Habil meninggal dunia.

Pendapat lain menyebutkan, Qabil membunuh Habil dengan sebongkah batu yang ia lemparkan ke kepala Habil saat sedang tidur hingga pecah. Pendapat berbeda menyatakan, Qabil mencekik Habil dengan keras dan menggigitnya seperti bintang buas, hingga Habil tewas.” Wallahu a’lam.

Kata-kata yang diucapkan Habil kepada Qabil saat ia diancam akan dibunuh, “Sungguh, jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu Aku takut kepada Allah, Rabb seluruh alam,” menunjukkan akhlak yang baik, takut kepada Allah, dan menahan diri untuk membalas perlakuan serupa yang akan dilakukan saudaranya.

Untuk itu Nabi bersabda seperti disebutkan dalam kitab Shahihain, “Ketika dua orang muslim saling berhadapan dengan membawa pedang, maka yang membunuh dan yang dibunuh masuk neraka.’ Mereka (para sahabat) berkata, Wahai Rasulullah, yang membunuh (pantas masuk neraka), lalu bagaimana dengan orang yang dibunuh (kenapa masuk neraka juga)?’ beliau menjawab, ‘(Karena) ia bersikeras untuk membunuh temannya'.”

Firman Allah, “Sesungguhnya, aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka; dan itulah balasan bagi orang yang zalim,” yaitu sungguh aku ingin untuk tidak berkelahi denganmu meski aku lebih kuat darimu kala kau sudah bertekad bulat untuk membunuhku, agar kau kembali dengan memikul dosaku dan juga dosamu sendiri. Maksudnya, memikul dosa membunuhku, juga dosa-dosamu yang lain sebelum itu. Demikian yang disampaikan Mujahid, As Suddi, Ibnu Jarir dan lainnya.

Ayat ini bukan bermaksud bahwa dosa-dosa orang yang dibunuh beralih menjadi tanggungan orang yang membunuh seperti yang dikira sebagian orang yang menyatakan bahwa Ibnu Jarir menuturkan ijma’ kebalikannya.

Terkait hadits yang diriwayatkan sebagian orang yang tidak tahu apakah bersumber dari Nabi atau bukan, “Orang yang membunuh tidak menyisakan dosa apa pun untuk orang yang dibunuh,” hadits ini sama sekali tidak berdasar, dan sama sekali tidak diketahui dalam kitab-kitab hadits, baik dengan sanad shahih, hasan, ataupun dhaif.

Namun, mungkin saja pada hari kiamat kelak ada korban pembunuhan menuntut pelaku pembunuhan, di mana kebaikan-kebaikan yang dimiliki si pembunuh tidak mencukupi untuk menebus kezaliman itu, akhirnya kesalahan-kesalahan milik korban pembunuhan dipikulkan kepada si pembunuh, seperti disebutkan dalam hadits shahih terkait kezaliman-kezaliman, di mana pembunuhan termasuk salah satu kezaliman terbesar. Wallahu a’lam. Masalah ini secara tuntas sudah kami jelaskan dalam kitab tafsir. Alhamdulillah.

Firman Allah, “Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk diperlihatkan kepadanya (Qabil). Bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata, ’Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?’Maka Jadilah dia termasuk orang yang menyesal” (Al-Maidah: 31)

Sebagian ulama menyebutkan, setelah membunuh saudaranya, Qabil memanggul jasad saudaranya selama satu tahun. Yang lain menyebut selama seratus tahun. Qabil terus seperti itu hingga Allah mengutus dua gagak.

As-Suddi meriwayatkan diriwayatkan sanadnya dari para sahabat, Allah mengutus dua orang bersaudara, keduanya kemudian terlibat perkelahian, hingga salah satunya membunuh yang lain. Setelah membunuh saudaranya itu, ia menggali, lalu ia lemparkan jenazah saudaranya itu ke dalam liang tersebut, ia pendam lalu tanahnya ia ratakan kembali. Saat Qabil melihat hal itu, ‘Oh celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?' Qabil melakukan seperti yang dilakukan gagak, lalu ia kubur mayat saudaranya itu.

*****


FAKTA ILMIAH :

Gagak adalah anggota burung pengicau (Passeriformes) yang termasuk dalam marga Corvus, suku Corvidae.

Hampir semua jenis burung ini berukuran relatif besar dan berwarna bulu dominan hitam. Daerah sebarannya ada di seluruh benua dan kepulauan, dengan perkecualian di Amerika Selatan.

Di antara jenis-jenis unggas, gagak diketahui mempunyai tingkat kecerdasan tertinggi di antara para burung. Kualitas ini sudah sejak lama diketahui manusia, khususnya dalam keterampilannya mencuri berbagai alat bantu manusia. Hewan ini mempunyai kemampuan belajar dan dapat memecahkan permasalahan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya.

Di beberapa kebudayaan dan mitologi, burung gagak kerap dikaitkan dengan sesuatu yang buruk. Di Eropa, gagak dipercaya sebagai burung peliharaan penyihir. Di Indonesia, gagak di hutan dianggap dapat menjadi pertanda kesulitan yang bakal timbul. Ada pula kepercayaan yang mengaitkan sate gagak untuk memanggil genderuwa.

Memiliki warna gelap, memiliki suara serak nyaring dan menusuk telinga, membuat Gagak kerap dikait-katikan dengan hal-hal mitos, banyak yang membenci kemunculan sang gagak yang identik dengan ilmu hitam, dan magis.

Gagak Dalam al-Qur'an

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Tidak ada ‘penularan penyakit (Adwa), tidak ada burung penentu nasib baik dan buruk (Thiyarah), tidak ada burung hantu pembawa sial (Hamah), tidak ada bulan shafar pembawa sial atau keberuntungan (Shofar)” (HR. Bukhari dan Muslim), dan dalam riwayat Imam Muslim terdapat tambahan: “ dan tidak ada bintang penentu hujan (Nau)’, serta tidak ada hantu (ghaul).”

Maka jelas itu hanya tahayul: Mengapa burung gagak disebutkan dalam Al Qur’an? justru dalam Al Quran menjelaskan bahwa Burung Gagak sangat istimewa. Karena dialah dipakai sebagai simbol bahwa manusia harus dikubur.

Peran burung gagak dalam cerita yang terkandung dalam Alquran adalah mengajarkan manusia bagaimana cara menguburkan jasad orang mati, mengapa Allah Yang Maha Kuasa memilih hewan ini dari makhluk lainnya? Karena untuk mengajarkan manusia pertama.

Kecerdasan gagak dalam kisah masa lalu juga di sebutkan di dalam Alquran: "Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi." [QS. Al-Ma'idah ayat 30]

"Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal." [QS. al-Ma'idah ayat 31]

*****


DIALOG IMAN :

Kenapa Allah memilih burung Gagak sebagai GURU pertama umat manusia dan tidak memilih makhluk-Nya yang lain?

Sebagai mana kita ketahui, bahwa peristiwa pembunuhan manusia pertama kali adalah antara dua anak Adam as, Qabil dan Habil Ketika Qabil membunuh Habil, karena tipu muslihat Iblis la’natullah yang menyusupkan rasa iri, dengki dan hasud kepada Adam dan seluruh keturunannya.

Kemudian Allah swt. mengirimkan burung Gagak untuk mengajarkan anak cucu Adam bagaimana menguburkan mayit sesama mereka.

Mengapa demikian?

Karena burung Gagak adalah burung paling pintar dan cerdik di dibandingkan dengan burung-burung lainnya. Dan Allah swt telah memberikan insting tentang keahliannya ini.

Setelah dilakukan penelitian, ternyata burung gagak memiliki ukuran otak yang lebih besar dibandingkan otak burung-burung yang lainnya. Dan burung gagak senantiasa hidup bersama kelompoknya sebagaimana manusia yang senantiasa bersosial dengan masyarakat.

Mereka memiliki pemimpin atau hakim yang akan menghukum yang melakukan kesalahan di antara mereka, inilah fitrah yang senantiasa diberikan Allah kepada burung Gagak.

Setiap kesalahan di antara burung Gagak memiliki hukuman masing-masing, berikut adalah contoh-contohnya:
1. Ketika salah satu di antara mereka mengambil jatah makanan untuk anak-anak Gagak, maka hukumannya adalah sekelompok Gagak akan mematukinya sampai bulu-bulu si Gagak habis sehingga Gagak tersebut gundul dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi seperti anak-anak Gagak sebelum dewasa.
2. Ketika seekor Gagak menyakiti perempuan Gagak yang lain, maka sekelompok Gagak akan menyerangnya dengan paruh-paruhnya hingga mati.

Adapun eksekusi hukuman dilakukan di tanah perkebunan atau di daerah yang luas, sehingga proses pengadilan disaksikan oleh kelompok mereka, dan Gagak terdakwa dibawa dengan penjagaan ketat oleh sekelompok Gagak lainnya yang mengelilinginya. Kemudian Gagak tersebut ditundukan kepalanya, diturunkan sayapnya dan ditahan untuk berkoak sebagai bentuk pengakuan atas kesalahannya.

Ketika Gagak terdakwa dijatuhi hukuman mati, maka Gagak-gagak lainnya akan menyerangnya dengan paruh-paruh mereka hingga mati.

Dan setelah Gagak itu mati, maka salah satu di antara mereka akan membawanya dan menggali lubang untuk menguburkannya dengan tanah sebagai penghormatan atas mayat.

Hingga saat ini, para ilmuwan yang melakukan penelitian tentang seluk-beluk hewan mengatakan bahwa hanya Gagaklah yang mengubur mayat kawannya ketika mati.

Demikianlah bagaimana burung Gagak menegakan keadilah dari fitrah Ilahiyah, lebih baik daripada keadilan yang dimiliki oleh umat manusia.

*****




Send a Message

Sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magnais.